Ramadan adalah bulan penuh berkah, di mana umat Muslim menjalankan ibadah puasa dengan menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu sejak fajar hingga maghrib.Â
Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, puasa juga mengajarkan nilai-nilai kesabaran, pengendalian diri, dan kepedulian terhadap sesama.
Namun, di balik semangat spiritual yang tinggi, Ramadan juga sering dikaitkan dengan peningkatan konsumsi dan produksi sampah.Â
Makanan yang berlimpah saat berbuka dan sahur sering berakhir sebagai limbah, sementara penggunaan plastik sekali pakai melonjak akibat kemasan makanan dan minuman instan.Â
Fenomena ini bertentangan dengan esensi Ramadan yang mengajarkan kesederhanaan dan rasa syukur atas rezeki yang diberikan.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita menerapkan diet sampah Ramadan, sebuah gerakan untuk mengurangi limbah selama bulan suci.Â
Dengan mengelola konsumsi secara bijak, mengurangi penggunaan plastik, dan meminimalisir sampah makanan, kita tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga semakin mendekatkan diri kepada nilai-nilai Ramadan yang sebenarnya.
Mengapa Ramadan Cenderung Meningkatkan Sampah?
Salah satu alasan utama meningkatnya sampah selama Ramadan adalah pola konsumsi yang berubah drastis. Banyak orang cenderung membeli atau memasak makanan dalam jumlah berlebihan sebagai bentuk "balas dendam" setelah seharian berpuasa.Â
Sayangnya, tidak semua makanan tersebut habis dikonsumsi, sehingga banyak yang berakhir sebagai limbah. Selain itu, budaya membeli takjil dan makanan berbuka dari pedagang kaki lima atau restoran juga turut menyumbang peningkatan sampah.Â