Bulan Ramadan sering kali menjadi momen di mana kita terlalu fokus pada makanan merencanakan menu berbuka yang berlimpah, mencoba berbagai takjil, dan sering kali makan berlebihan setelah seharian menahan lapar. Seakan-akan, waktu berbuka adalah ajang "balas dendam" setelah menahan diri dari pagi hingga petang.Â
Padahal, esensi puasa bukanlah sekadar menahan rasa lapar dan haus, tetapi juga melatih kesabaran, pengendalian diri, serta meningkatkan kesadaran terhadap tubuh dan kebiasaan makan kita.
Ironisnya, banyak dari kita justru merasa lebih lemas dan tidak bertenaga setelah berbuka. Perut terasa begah, kantuk menyerang, dan rasa tidak nyaman muncul karena kita terlalu banyak makan dalam waktu singkat.Â
Hal ini terjadi karena kita sering makan dengan tergesa-gesa dan tanpa menyadari apa yang benar-benar dibutuhkan tubuh. Di sinilah konsep mindful eating menjadi relevan.Â
Mindful eating adalah seni makan dengan penuh kesadaran memperhatikan rasa, tekstur, aroma, serta bagaimana makanan memengaruhi tubuh kita.Â
Dengan menerapkan mindful eating, kita bisa menikmati makanan dengan lebih baik, menghindari makan berlebihan, dan merasakan manfaat puasa secara lebih optimal.
Lalu, bagaimana cara menerapkan mindful eating saat sahur dan berbuka? Bagaimana perubahan kecil dalam cara makan bisa membuat Ramadan lebih bermakna?Â
Sahur: Menghargai Nutrisi, Bukan Sekadar Mengisi Perut
Sahur sering kali menjadi momen di mana kita makan dengan mata setengah terpejam, sekadar memenuhi kewajiban sebelum azan Subuh berkumandang.Â
Dengan waktu yang terbatas dan rasa kantuk yang masih menghantui, kita cenderung makan terburu-buru, tanpa benar-benar menikmati atau memperhatikan apa yang kita konsumsi.Â