Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Atomic Habits: Apakah Bisa Mengalahkan Prokrastinasi?

22 Februari 2025   20:36 Diperbarui: 22 Februari 2025   20:34 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi atomic Habits (sumber gambar: project-emily.com)

Prokrastinasi adalah musuh terbesar produktivitas. Kita sering menunda pekerjaan dengan alasan “nanti saja” atau “saya butuh mood yang tepat.” 

Awalnya mungkin hanya ingin menunda sebentar, tetapi tanpa sadar waktu berlalu, dan tugas yang harusnya selesai justru semakin menumpuk. Akibatnya, kita merasa tertekan, terburu-buru, dan akhirnya hasil kerja pun kurang maksimal.

Masalah ini tidak hanya dialami oleh segelintir orang prokrastinasi adalah kebiasaan umum yang sulit dihentikan. Bahkan, sering kali kita tahu bahwa menunda itu buruk, tetapi tetap melakukannya. 

Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Apakah Atomic Habits, konsep kebiasaan kecil yang diperkenalkan oleh James Clear, bisa menjadi solusi? 

Mengapa Kita Sering Menunda Pekerjaan?

Sebelum mencari solusi, kita perlu memahami akar masalahnya. Prokrastinasi bukan sekadar soal malas atau kurang disiplin, tetapi sering kali berkaitan dengan cara otak kita merespons tugas dan tanggung jawab. 

Ada beberapa alasan utama mengapa kita cenderung menunda pekerjaan:

Pertama, tugas yang terasa terlalu besar atau sulit sering kali membuat kita kewalahan. Ketika melihat daftar pekerjaan yang panjang atau proyek yang kompleks, otak kita secara otomatis mencari jalan keluar yang lebih mudah biasanya dengan menunda. Kita berpikir, “Saya akan mengerjakannya nanti ketika punya lebih banyak waktu atau energi,” padahal sering kali “nanti” itu tidak pernah datang.

Kedua, perfeksionisme yang berlebihan bisa menjadi jebakan. Kita ingin hasil yang sempurna, tetapi ketakutan bahwa pekerjaan kita tidak akan memenuhi standar membuat kita ragu untuk memulai. Akhirnya, kita justru tidak melakukan apa pun karena takut gagal atau merasa belum cukup siap.

Ketiga, kita sering mengandalkan motivasi sebagai pemicu utama untuk bertindak. Padahal, motivasi bersifat naik turun dan tidak selalu bisa diandalkan. Saat sedang bersemangat, kita bisa menyelesaikan banyak hal, tetapi ketika rasa malas atau lelah datang, segalanya jadi tertunda. Tanpa sistem yang jelas, kita cenderung mengikuti perasaan sesaat, yang sering kali justru menjauhkan kita dari produktivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun