Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tawar-Menawar Vs. Tarif Transparan: Masa Depan Transportasi di Banda Aceh

14 Februari 2025   09:50 Diperbarui: 14 Februari 2025   11:41 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pangkalan nongkrong tukang becak dikota banda Aceh (sumber gambar: dokumentasi pribadi/ Muhammad Dahron)

Banda Aceh, sebagai salah satu destinasi wisata dan pusat ekonomi di Aceh, memiliki keberagaman transportasi lokal yang unik. Dari becak motor yang sudah menjadi bagian dari identitas kota hingga layanan transportasi online yang semakin populer, masyarakat kini memiliki lebih banyak pilihan dalam berpergian.

Di satu sisi, becak motor menawarkan pengalaman khas yang tidak dimiliki transportasi lain. Kendaraan roda tiga ini bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga bagian dari budaya dan sejarah Banda Aceh. Namun, sistem tarifnya yang masih mengandalkan tawar-menawar sering kali menjadi kendala, terutama bagi wisatawan atau pendatang yang tidak terbiasa dengan pola ini.

Di sisi lain, kehadiran layanan transportasi online seperti Grab membawa perubahan besar dalam kebiasaan masyarakat. Dengan kemudahan dalam pemesanan, tarif yang transparan, serta kenyamanan yang lebih baik, semakin banyak orang yang mulai beralih ke moda transportasi ini. 

Tak dapat dipungkiri, persaingan antara becak dan Grab semakin nyata, menimbulkan pertanyaan: apakah becak masih relevan di era digital ini, atau akankah perlahan tergeser oleh kemajuan teknologi?

Becak: Antara Tradisi dan Tantangan

Becak motor bukan sekadar alat transportasi, tetapi juga bagian dari budaya Banda Aceh. Kendaraan roda tiga ini telah menjadi ikon yang melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, digunakan untuk mengantar anak sekolah, membawa belanjaan dari pasar, hingga mengantarkan wisatawan berkeliling kota. 

Keberadaannya mencerminkan nuansa tradisional yang khas, dengan desain yang unik dan dekorasi warna-warni yang menambah daya tarik tersendiri. Namun, di balik pesonanya, becak motor menghadapi tantangan besar dalam persaingan dengan transportasi online. 

Salah satu kendala utama adalah sistem tarif yang masih berbasis tawar-menawar. Bagi masyarakat lokal yang sudah terbiasa, proses negosiasi harga mungkin bukan masalah besar. Namun, bagi wisatawan atau pendatang dari luar daerah, sistem ini sering kali menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan. 

Tidak jarang terjadi kasus di mana penumpang dikenakan tarif yang jauh lebih mahal dibandingkan harga seharusnya, terutama bagi mereka yang belum memahami standar ongkos di Banda Aceh. Kondisi ini membuat becak semakin ditinggalkan oleh sebagian masyarakat yang menginginkan kepastian harga dan kenyamanan dalam perjalanan. 

Grab: Kemudahan, Kepastian, dan Keamanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun