Kalau dilihat-lihat lagi anak muda di Indonesia sekarang bercita-cita punya usaha , kenapa bisa begitu ?Â
Jika dulu cita-cita anak muda adalah jadi PNS, sekarang banyak yang lebih memilih jadi pengusaha. Dari jualan kopi , bisnis thrift shop, dan makanan ,kewirausahaan seperti jadi wajah baru impian masa depan.
Dan faktanya, Indonesia memang sedang mengalami gelombang kebangkitan kewirausahaan. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, jumlah UMKM di Indonesia telah melampaui 64 juta. Mereka menyumbang lebih dari 60% PDB nasional dan menyerap lebih dari 90% tenaga kerja.
Angka ini bukan sekadar statistik. Di baliknya ada jutaan cerita perjuangan: dari pedagang kaki lima yang naik kelas, mahasiswa yang nekat buka bisnis di kos-kosan, sampai ibu rumah tangga yang belajar jualan online dari nol.
Kewirausahaan: Bukan Sekadar Bisnis, Tapi Perjuangan Hidup
Menjadi wirausahawan di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Tak ada gaji tetap, tak ada jaminan penghasilan. Banyak yang harus bangun subuh untuk produksi, siang promosi sendiri, malam mengurus laporan keuangan tanpa ilmu akuntansi.
Tapi justru di situlah hebatnya. Para pengusaha kecil ini membuktikan bahwa kreativitas dan ketahanan bisa jadi senjata utama untuk bertahan di tengah badai ekonomi.
Di masa pandemi, ketika banyak pekerja formal dirumahkan, justru UMKM yang bergerak cepat: beralih ke digital, membuat produk baru, dan memanfaatkan media sosial sebagai etalase utama.
Dukungan dari Negara sudah Cukup atau Masih Simbolik?
Pemerintah memang memberi berbagai insentif untuk kredit usaha rakyat (KUR), pelatihan digital, hingga kemudahan legalitas usaha. Tapi bagi banyak pengusaha kecil, urusan birokrasi masih menjadi momok.
Masih banyak pelaku usaha mikro yang belum punya akses modal, belum punya legalitas, dan belum melek teknologi. Banyak yang terpaksa belajar online,karena bantuan pemerintah tak selalu hadir di titik awal perjuangan.