Mohon tunggu...
Muhammad Dafa
Muhammad Dafa Mohon Tunggu... Freelancer - Newbie

Let's Hit the book!!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Review Buku "Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas"

10 November 2019   22:22 Diperbarui: 10 November 2019   22:44 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        Sebelum memasuki materi pada bagian pertama buku ini yang berisikan tentang hal - hal yang berhubungan dengan Islam dan Kepemimpinan Perempuan, izinkan saya penulis review menulis secara singkat mengenai biografi serta maksud & isi karya ini. Buku "Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas" ini merupakan hasil buah pikir Dr. Neng Dara Affiah yang merupakan salah satu dosen Program Studi Sosiologi FISIP UIN Jakarta. Dalam buku gagasan beliau ini, berisikan tentang berbagai macam kompilasi dari beragam tulisan yang pernah dimuat di berbagai buku, jurnal domestik maupun internasional, serta surat kabar yang ditulis dalam rentang waktu 1998 - 2016. Buku ini dibuat sebagai respon beliau terhadap berbagai isu - isu sosial yang berhubungan dengan gender terutama hak - hak perempuan yang bermunculan saat itu. Menurut beliau terdapat ketimpangan & diskriminasi gender yang tanpa kita sadari sering dialami oleh berbagai perempuan, dengan menggunakan berbagai literatur serta pengalaman pribadinya, penulis berupaya memberikan argumentasinya serta diikuti analisis secara ilmiah. Buku yang berisikan 200 halaman ini terurai menjadi tiga (3) pokok pembahasan yang berkaitan dengan isu - isu gender terutama hak - hak perempuan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari - hari. Adapun pokok pembahasan dari buku ini yaitu yang Pertama, Islam dan Kepemimpinan Perempuan; Kedua, Islam dan Seksualitas Perempuan; dan yang Ketiga ialah Perempuan, Islam dan Negara.

        Pada bagian pertama buku ini, penulis buku ingin menyampaikan tentang perdebatan yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia yaitu bolehkah seorang perempuan menjadi seorang pemimpin di masyarakat. Pada saat itu terjadi perdebatan ketika seorang Megawati Soekarnoputri yang ingin mencalonkan diri menjadi Presiden RI dan pada waktu yang berdekatan beliau juga ditolak dalam kongres ulama islam indonesia (KUII) pada tahun 1998. Isu kepemimpinan perempuan menjadi perbincangan hangat dikarenakan banyak yang menganggap bahwa itu melanggar dari suatu nilai ajaran suatu agama. Padahal menurut penulis buku, hal itu merupakan salah dalam menafsirkan ayat - ayat dari suatu ajaran keagamaan dan seiring berjalannya ruang-waktu yang berbeda makna dari suatu ayat dapat berubah. Penulis juga menambahkan bahwa selain salah penafsiran dari suatu ayat, terdapat hal yang menyebabkan perempuan ditolak dari ranah kepemimpinan masyarakat. Yaitu terdapat nilai -- nilai patriarki yang telah terinternalisasi secara kolektif bahwa laki - laki adalah sebagai subjek utama sedangkan perempuan hanya sebagai pelengkap.

        Dalam buku ini juga, penulis berhasil menampilkan beberapa contoh tokoh muslim perempuan yang menjadi pemimpin dari zaman dahulu hingga saat ini. Tokoh - tokoh tersebut antara lain Siti Aisyah yang menjadi pemimpin dalam perang Waqiatul Jamal (perang unta), lalu hadir seorang tokoh perempuan dari negeri 1000 pagoda atau Myanmar yaitu Aung San Suu Kyi yang menegakkan hak - hak asasi masyarakat sana yang dicuri oleh para elit negerinya. Dari Indonesia sendiri pun penulis menghadirkan empat (4) nama tokoh sulthanah (raja - raja perempuan) yang berkuasa di Aceh yaitu Ratu Tajul Alam Shafiyatuddin Syah (1641-1675), Ratu Nur Alam Naqiyatuddin Syah (1675-1678), Ratu Inayatsyah Zakiyatuddin Syah (1678-1688), dan Ratu Kamalat Syah (1688-1699). Sepertinya tokoh - tokoh yang dihadirkan dalam buku ini tidak hanya tokoh yang cakupannya luas saja, namun penulis buku menghadirkan sosok terdekat yang menurutnya dapat diambil contoh untuk diambil nilai - nilai feminismenya, yaitu sosok nenek kandung penulis yang bernama H. Siti Masyitoh. Beliau merupakan sosok perempuan yang memimpin pondok pesantren di daerah kelahirannya, Pandegelang, Banten. Dalam kehidupan sehari - harinya, beliau mengisi kegiatan dengan memberikan pengajaran nilai - nilai  ajaran agama islam. Sosoknya sangat disegani dan dihormati oleh banyak orang bahkan oleh laki - laki  sekalipun.

        Untuk menutup review buku bagian pertama ini, penulis review menambahkan hal - hal yang harus dilakukan untuk menjadikan seorang perempuan tidak dijadikan sebagai makhluk kelas dua. Pertama, sejak kecil pola pendidikan watak kepemimpinan antara laki - laki dengan perempuan tidak dibedakan. Kedua, Anak laki - laki dan perempuan berhak mengakses apa saja sepanjang membuat diri mereka berkembang. Ketiga, memberikan kebebasan untuk memilih sesuai dengan pilihan nuraninya. Keempat, melatih perempuan jatuh bangun dengan pilihannya, karena dalam proses itu akan muncul pendewasaan hidup dan otonomi diri. Kelima, menghindari pengkerangkengan perempuan dalam sanggar emas atas nama perlindungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun