Mohon tunggu...
Muhammad Asfani
Muhammad Asfani Mohon Tunggu... Guru - Guru bahasa Indonesia di SMAN 37 Jakarta

Saya menyukai kegiatan menulis dan mengabadikan kegiatan dalam bentuk dokumentasi foto atau video.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sekolahku, Ibadahku

30 September 2022   09:31 Diperbarui: 1 Oktober 2022   06:27 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

Pagi itu, pada awal Ramadan, suasana sekolah sunyi sepi bak rumah tua tanpa penghuni. Seluruh siswa dan warga sekolah sedang menikmati libur awal puasa. Aku seorang guru. Guru muda yang sedang ranum-ranumnya. Guru bahasa Indonesia sebuah sekolah di bilangan ibu kota, SMA Negeri 37 Jakarta.

Bahasa Indonesia, salah satu mata pelajaran paling "aneh" dalam struktur kurikulum sekolah. Materi yang selalu berulang pada tiap jenjang, membuat mata pelajaran ini menjadi tantangan bagi tiap pengajarnya. Membuat siswa tidak jenuh dengan materi, itu fokus utamanya. Butuh kemampuan istimewa dan kesabaran tanpa batas agar kelas menjadi lebih hidup dan menarik.

Ramadan tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Biasanya, setelah libur awal puasa, siswa masuk seperti biasa dengan penyesuaian jam, yang tadinya empat puluh lima menit tiap jamnya menjadi hanya tiga puluh menit.

DKI Jakarta menjadi provinsi zona merah penyebaran virus korona. Beberapa kebijakan telah dibuat oleh pemerintah daerah untuk meminimalisasi penyebaran, salah satunya yang terkait dengan pendidikan, yakni home learning atau lebih akrab dikenal dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

PJJ telah dilakukan sebelum datangnya bulan suci Ramadan lalu diperpanjang sampai dengan akhir Ramadan. Sebagai guru di bawah naungan Pemprov DKI Jakarta, aku dituntut untuk menyesuaikan kebijakan tersebut.

Tidak seperti guru lainnya yang tinggal dekat dengan keluarganya di sekitar Jakarta, aku seorang perantau dari salah satu daerah di sebelah timur Pulau Jawa. Anak kos-kosan, itulah panggilan akrabku saat di sekolah untuk menegaskan kondisiku yang jauh dari keluarga. Aku tinggal bertetangga dengan sekolah, sekitar lima menit perjalanan dari kosan ke sekolah.

Dekatnya tempat bernaung dan bermimpi, menjadi keuntungan tersendiri. Aku bisa sewaktu-waktu ke sekolah untuk berolahraga, membaca buku, atau sekadar numpang wifi sekolah. Kegiatan PJJ siswa pun, aku pandu dari sekolah. Bukan karena ingin hemat paket internet, melainkan lebih kepada ingin memberikan pelayanan optimal kepada siswa. Fasilitas sekolah sangat mendukung untuk itu, internet unlimited, PC dengan prosesor besar, dan ruangan ber-AC memberikan sedikit kenyamanan saat kegiatan pembelajaran. Selain itu, bisa melakukan salat berjemaah dengan teman-teman yang sedang piket menjadi kenikmatan tersendiri. Sambil menyelam minum air, itulah ungkapan peribahasanya.

Suatu ketika secara mendadak salah satu pimpinan bertelepon bahwa akan ada supervisi akademik dari pengawas sekolah terkait PJJ yang sedang dilaksanakan. Tepat pukul 10.00 WIB beliau menghubungiku meminta untuk bersiap diri. Padahal, jadwal PJJ-ku akan dimulai pukul 11.00.

Bak tersambar petir di siang bolong, informasi tersebut benar-benar sangat mengagetkan dan membuat emosional. Badan seolah tak memiliki penyangga, lemas. Terpikir hasil kinerjaku pada malam hari tak ada arti. Segalanya yang telah dipersiapkan buyar karena kabar mendadak.

Mengapa harus aku? Timbul tanya dalam benakku. Aku mencoba berpikir positif bagaimanapun keadaannya sangat genting. Mungkin, karena jadwalku yang memadai dan akulah yang paling siap melakukannya. Aku dianggap memiliki kompetensi untuk melaksanakan kegiatan supervisi.

Otakku terus bergerak mencari solusi dari amanah yang tak bisa ditolak. Mengubah perangkat pembelajaran yang telah dibuat dan tersusun rapi pada malam hari, sungguh sangat berisiko karena harus menyusun strategi, teknik penilaian, dan media daring pembelajaran baru yang harus digunakan. Bismillah, semoga mendapatkan pertolongan Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun