Mohon tunggu...
MUHAMMAD ARI PUTRA UTAMA
MUHAMMAD ARI PUTRA UTAMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Writing is a new good habit

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebiasaan-Kebiasaan Ini yang Membuat Korupsi Sulit Hilang di Indonesia

26 Juli 2021   21:32 Diperbarui: 26 Juli 2021   21:36 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tima Miroshnichenko on pexels.com

Bicara tentang korupsi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan Indeks Persepsi Korupsi yang rendah di dunia. Di awal tahun 2021, Transparency International Indonesia merilis Coruption Perception Index (CPI) tahun 2020. Hasil penelitian yang dirilis tersebut menunjukkan skor CPI Indonesia berada pada angka 37 per 100, dibawah rata-rata skor CPI dunia yang sebesar 43. Skor ini berhasil menempatkan Indonesia di urutan 102 dari 180 negara yang masuk dalam survei. Fakta ini menunjukkan bahwa tindakan fraud dan korupsi di Indonesia masih cukup tinggi.

Lalu yang menjadi pertanyaan mengapa kasus korupsi di Indonesia masih cukup tinggi? Jawaban yang paling sederhana dan rasional adalah orang Indonesia kurang jujur. Tidak perlu jauh-jauh membahas hukuman tindak pidana korupsi kurang memberikan efek jera, atau membahas whistleblowing system dan sebagainya. Hal paling fundamental penyebab korupsi yang dapat kita evaluasi saat ini juga adalah kebiasaan kita, apakah sudah jujur dan berintegritas?

Ada kebiasaan-kebiasaan tidak jujur yang kerap dilakukan orang Indonesia. Padahal kebiasaan-kebiasaan ini terindikasi dan berpotensi sebagai tindakan korupsi, tetapi sering kali dianggap sepele. Dalam bukunya Atomic Habits, James Clear menganalogikan kebiasaan sebagai bunga majemuk. Layaknya uang yang nilainya terus naik berlipat ganda karena bunga majemuk, kebiasaan kecil yang dilakukan terus menerus akan menghasilkan tindakan dan dampak yang besar di masa depan. Sama halnya dengan seseorang yang terbiasa melakukan kebiasaan tidak jujur, walaupun sangat kecil akan berpotensi melakukan perbuatan tidak jujur yang lebih besar seperti korupsi bila muncul peluang. Berikut ini adalah kebiasaan-kebiasaan tidak jujur yang kurang lebih sama dengan tindakan korupsi.

1. Menyontek

Pelajar Indonesia masih kerap menyontek. Dalam sebuah survei yang dilakukan di sebuah perguruan tinggi di kota Padang pada tahun 2019, didapatkan bahwa 45,3% responden atau hampir separuhnya menyontek saat ujian. Kebiasaan menyontek biasanya dilakukan dengan membawa catatan atau saling bertukar jawaban dengan sesama teman. Ada sebuah mindset negatif yang tumbuh di lingkungan pelajar, bahwa saling menyontek dengan teman saat ujian atau ulangan merupakan bentuk solidaritas. Padahal ada bentuk solidaritas yang positif yang bisa dilakukan pelajar, misalnya belajar bersama sebelum ujian. Budaya menyontek ini menunjukkan bahwa pelajar Indonesia kurang memiliki integritas. Padahal nilai integritas sangat perlu ditumbuhkan sejak dini, tetapi sayangnya pendidikan di Indonesia kurang mengajarkan hal ini.

2. Sering Ngaret

Tanpa disadari, kebiasaan ngaret atau datang terlambat merupakan bagian dari korupsi. Namun sayangnya budaya terlambat sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia. Kebiasaan santai atau rebahan dulu sambil bilang lagi otw ke teman yang sudah menunggu sejak sejam yang lalu merupakan bentuk korupsi waktu. Di dunia pekerjaan, pegawai yang datang terlambat sama saja telah mengurangi waktu kerja mereka dari yang seharusnya. Padahal bisa jadi gaji mereka yang datang terlambat tidak dikurangi sama sekali. Seseorang yang kerap datang terlambat menunjukkan bahwa dirinya kurang berintegritas dan disiplin.

3. Menggunakan Fasilitas Orang Lain Tanpa Izin 

Pakai fasilitas orang lain tanpa ijin pemiliknya tentu saja sama dengan mencuri. Perbuatan seperti ini tidak ada bedanya dengan korupsi. Pakai wifi tetangga tanpa ijin, pakai sendal orang lain di masjid, pakai fasilitas kantor untuk keperluan pribadi, dan penggunaan fasilitas tanpa ijin lainnya menunjukkan indikasi bahwa orang seperti ini sangat mungkin menjadi koruptor bila memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pejabat.

4. Memberi Hadiah ke Dosen atau Guru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun