Mohon tunggu...
Muhammad Arifai
Muhammad Arifai Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Dosen

Humas SMAN 1 Soppeng

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tak Lekang oleh Panas Tak Lapuk oleh Hujan

27 April 2021   10:01 Diperbarui: 27 April 2021   10:30 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hal yang paling mudah dikenali dari pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan ada tiga yang disebut dengan trilogi Pendidikan. Ketiga hal tersebut yaitu: (1) ing ngarso sung tulodo; (2) ing madya mangun karsa; (3) tut wuri handayani. Ing ngarso sung tulodo maksudnya guru harus berada di depan memberi contoh, atau menjadi teladan. Guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu di depan kelas tetapi juga harus mencerdaskan anak didiknya dengan memberikan keteladanan. Guru adalah anutan bagi anak didik. Ing madya mangun karsa maknanya adalah guru berada di tengah-tengah untuk membangun semangat atau motivasi peserta didiknya.Guru merupakan motivator bagi peserta didik dan sekaligus pendamping bagi anak didiknya dalam menciptakan ruang impian yang mereka inginkan. Guru hendaknya menyelami kehidupan anak didiknya dan menciptakan keakraban dengan mereka. Guru yang baik adalah yang bisa menjadi sahabat bagi anank didiknya. Tut wuri handayani maksundya adalah guru berada di belakang memberi dorongan. Guru memberikan dorongan kepada anak didiknya untuk menggapai impiannya. Guru memberikan kebebasan kepada anak didiknya untuk berkembang sesuai bakat dan keinginannya.

Selanjutnya, menurut Ki Hajar Dewantara bahwa tujuan pendidikan yakni menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses 'menuntun' anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang 'pamong' dapat memberikan 'tuntunan' agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan telah memberikan pengetahuan dan pengalaman baru tentang merdeka belajar. Mengajar peserta didik dengan sistem among (mengemong) memberikan kebebasan kepada anak didik mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kodratnya masing-masing. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Kita sebagai guru harus berada di depan dan bertindak sebagai teladan bagi peserta didik (ing ngarso sung tulodo). Kita sebagai guru juga terkadang harus berada di tengah-tengah peserta didik (ing madya mangun karsa) guna memberikan semangat dan motivasi pada peserta didik. Selanjutnya, guru juga harus bisa memposisikan dirinya berada di belakang peserta didik (tut wuri handayani) sebagai pendorong bagi peserta didik dalam mencapai impiannya. 

Pemikiran KHD (Ki Hajar Dewantara) sangat relevan dengan transformasi pendidikan yang saat ini lagi banyak dibicarakan utamanya di kalangan para penggerak pendidikan atau CGP (calon guru penggerak) yang saat ini masih dalam proses  pendidikan dan pelatihan. Sebaiknya semua guru atau tenaga pendidik memahami pemikiran KHD, Bapak Pendidikan Nasional, tentang pendidikan. Dengan memahami pemikiran atau filosofi KHD tentang pendidikan maka dengan mudah dapat diterapkan pada kegiatan belajar mengajar di sekolah atau di kelas. Mari wujudkan merdeka belajar di sekolah/di kelas dengan dilandasi oleh pemikiran KHD yang tak pernah lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun