Mohon tunggu...
Muhammad Ananda
Muhammad Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Social Student. State University of Jakarta

Bismillah - Alhamdullilah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perilaku Penyimpangan Sosial Akibat Efek Kesehatan Mental saat Pandemi Covid-19

26 Desember 2021   08:15 Diperbarui: 27 Desember 2021   11:43 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan kemajuan sejumlah perubahan dan perkembangan di berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik pola pikir, cara pandang, gaya hidup, sistem komunikasi, aplikasi interaksi, model bergaul, dan sebagainya.  Demikian pula dengan kondisi tatanan kehidupan masyarakat telah bergeser dari sistem tradisional ke sistem modern.  Melihat kondisi realita yang semakin hari semakin berubah, maka tak seorang dapat menghindari kencangnya gelombang perkembangan globalisasi dan modernisasi dalam berbagai komponen kehidupan manusia, upaya yang dapat dilakukan manusia sebagai makhluk yang berakal terhadap kemajuan ekstrem zaman ini adalah dengan cara menyaring atau memfilterisasi segala macam suguhan dunia agar tidak terlena, terbawa arus negtif dan terpengaruh.  

Manusia yang hidup di dunia ini sebagai mahluk sosial. Ia pasti akan mengalami kondisi terpuruk maupun kondisi yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan sifat masyarakat yang dinamis akan selalu mengalami perubahan baik itu perubahan secara cepat atau perubahan yang direncanakan maupun perubahan yang secara spontan, maka dari itu sebagai individu yang hidup ditengah-tengah masyarakat majemuk akan terseret arus permasalahan duniawi yang menimbulkan konflik antar pribadi, antar kelompok dan konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri. Individu yang mengalami gangguan terhadap kehidupan sosialnya, misalnya ada tekanan kehidupan sosial, tekanan rumah tangga, tekanan ekonomi, itu semuanya akan memberikan pengaruh kepada kesehatan seseorang individu, baik untuk kesehatan fisik, dan mentalnya.

Sayangnya, kebanyakan orang sering kali beranggapan bahwa kesehatan yaitu  menunjuk pada berbagai aspek kesehatan secara fisik dengan melupakan aspek kesehatan mental, dan ini anggapan yang salah. Padahal jika direnungkan lebih dalam, berbagai tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh manusia adalah buah dari dorongan pikiran dan sikap mental yang dimilikinya, sehingga kualitas kesehatan mental menjadi kunci bagi seseorang untuk dapat berfungsi secara sosial di dalam masyarakat, ada sebuah ungkapan yang pernah  mengatakan begini "Mens sana in corpore sano" Ungkapan ini memiliki arti 'di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat' konsepsi jiwa yang kuat yaitu tubuh yang memiliki  mental yang sehat.

Di masa pandemi ini, kita perlu lebih memperhatikan kesehatan kita, baik secara fisik maupun secara mental. Ada beberapa aturan-aturan baru yang ditetapkan oleh pemerintah seperti diam di rumah, menjaga jarak, dan memaksa kita untuk mengurangi berbagai aktivitas di luar ruangan. Hal ini mengakibatkan minimnya kesempatan untuk bersosialisasi dan menimbulkan adanya rasa jenuh yang berlebih. Kondisi pandemi membawa mereka ke dalam situasi anomi, yaitu situasi di mana terdapat ketegangan dan ketidakstabilan dalam struktur sosial yang membuat individu mengalami tekanan dan akhirnya melakukan tindakan yang menyimpang salah satunya tindak kriminal. Ketegangan dan ketidakstabilan tersebut tentu dipicu oleh pandemi Covid-19 di tambah kesehatan mental yang buruk sehingga ego mereka mendominasi  besar dalam pikiran dan mempengaruhi setiap tindakan yang ingin mereka lakukan.  

Perilaku Penyimpangan Sosial Akibat Kesehatan Mental

 Analisis kesehatan mental terhadap perilaku penyimpangan sosial hal ini disebabkan karena kondisi jiwa yang tidak serasi, maka keadaan ini yang disebut tidak sehat mental, sehingga perilaku yang diperankanpun menjadi amburadul sehingga merugikan diri sendiri dan orang lain,   Cara-cara sesuai keseimbangan diri akibat dampak kondisi dan situasi tersebut, ada pada manusia yang mengenainya, baik bersifat biologis, psikologik atau sosiologik dengan gejala ketidakseimbangan yang dialami manusia.  Kondisi ini bisa dirasakan oleh siapa pun dalam kehidupan sehari-hari.  World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat dalam tiga karakteristik yaitu 1merefeleksikan perhatian pada individu sebagai manusia, 2memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal, 3sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses berupa adaptasi individu secara fisik dan lingkungan sosialnya (RSJ Menur, 2020).

Lahiriahnya manusia terdiri dari dua subsistem, yaitu fisik (jasad atau badan) dan psikis (jiwa atau mental). Fisik dan Psikis yang ada pada manusia ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia tidak selamanya ada dalam kondisi sehat, pada saat tertentu manusia mengalami gangguan, baik gangguan fisik maupun gangguan mental. Gangguan fisik yang sering dialami oleh manusia bisa dengan mudah diketahui oleh kasat mata seperti memar, panas, sakit gigi dan sakit fisik lainnya, sedangkan gangguan psikis pada prinsipnya dapat diketahui jika kita memahami gejala-gejalanya, misalnya gejala apa yang bisa dilihat dari orang yang stres, depresi atau cemas.

Semenjak ditetapkannya pandemi Covid-19 untuk pertama kali di Indonesia yang sudah berjalan hampir dua tahun ini, tingkat kasus penyimpangan sosial meningkat di masyarakat. penghujung Juli 2020, seorang pasien Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur bunuh diri dengan loncat dari lantai 6 Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Korban diduga mengalami depresi karena sudah tujuh kali melakukan tes swab dan hasilnya selalu positif (detik.com, 30 Juli 2020).  Angka kejahatan di Manokwari meningkat, dalam aksinya para pelaku tidak hanya mengambil barang korban, namun juga  melukai korbannya dengan senjata tajam (Dinkes. Prov Papua Barat, 4 Juni 2021).  

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) melakukan survei mengenai kesehatan mental melalui swaperiksa yang dilakukan secara daring. Pemeriksaan dilakukan terhadap 1.552 responden berkenaan dengan tiga masalah psikologis yaitu cemas, depresi, dan trauma. Responden paling banyak adalah perempuan (76,1%) dengan usia minimal 14 tahun dan maksimal 71 tahun. Responden paling banyak berasal dari Jawa Barat 23,4%, DKI Jakarta 16,9%, Jawa Tengah 15,5%, dan Jawa Timur 12,8% (pdskji.org/home, 23 April 2020). Hasil survei menunjukkan, sebanyak 63% responden mengalami cemas dan 66% responden mengalami depresi akibat pandemi Covid-19. Gejala cemas utama adalah merasa khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi, khawatir berlebihan, mudah marah, dan sulit rileks. Sementara gejala depresi utama yang muncul adalah gangguan tidur, kurang percaya diri, lelah, tidak bertenaga, dan kehilangan minat. Lebih lanjut, sebanyak 80% responden memiliki gejala stres pascatrauma.  

Banyaknya orang yang mengalami permasalahan kesehatan mental akibat pandemi Covid-19 bisa dipahami mengingat pandemi Covid-19 merupakan sumber stres baru bagi masyarakat dunia saat ini. Kesehatan mental yang terganggu akan berakibat pada penyelesaian akhir masalah yang buruk sehingga terjadilah penyimpangan sosial seperti kasus-kasus diatas. Ketika seseorang yang terkena gangguan kesehatan mental hanya butuh solusi dari orang yang tepat atau penyelesaian masalah yang baik (psikologi) pelaku butuh menuangkan rasa  cemas, susah, resah yang ada pada dirinya kepada orang lain, agar pelaku lebih rileks dan mendapatkan solusi yang baik .  

Mereka para pelaku penyimpangan sosial akibat kesehatan mental yang buruk bisa bisa dikategorikan dalam orang yang setengah sadar, atau di bawah alam sadar pelaku. Bapak psikologi dunia Sigmund Freud membedakan tiga struktur  dalam hidup psikis, yakni "yang tak sadar", "yang prasadar", dan "yang sadar". Pertama, "yang tak sadar" atau ketidaksadaran meliputi apa yang terkena represi. Ketidaksadaran berupa sikap-sikap, perasaan-perasaan, dan pikiran-pikiran yang ditekan, serta tidak dapat dikontrol oleh kemauan, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Isi dari ketidaksadaran ini mengontrol pikiran dan perbuatan sadar individu.

Kedua, "yang prasadar" atau keprasadaran meliputi apa yang dilupakan tetapi dapat diingat kembali tanpa perantara psikoanalisis. Keprasadaran adalah kenangan-kenangan yang dapat diingat kembali meskipun agak sulit. Isi keprasadaran berasal dari dua sumber, yakni persepsi sadar dan ketidaksadaran. Dalam persepsi sadar apa yang dipersepsikan seseorang adalah sadar untuk sementara waktu, tetapi kemudian cepat memasuki keprasadaran bila pusat perhatian beralih kepada pikiran lain. Ketiga, "yang sadar" atau kesadaran. Alam sadar yang memainkan peran yang relatif kecil di dalam teori psikoanalisa dapat didefinisikan sebagai elemen-elemen mental dalam kesadaran pada saat tertentu. Kesadaran merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Pikiran-pikiran dapat mencapai kesadaran dari dua arah yang berbeda.  

Upaya  Pencegahan Penyimpangan Sosial Akibat Kesehatan Mental

Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan, aturan-aturan atau pandangan masyarakat.  Perilaku dalam budaya biasanya tidak hanya diperankan oleh remaja, tetapi juga diperankan oleh orang dewasa dan orang tua.   Keadaan menyimpang dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja.  Dalam prespektif kesehatann mental (mental hygiene), perilaku menyimpang dikategorikan ke dalam orang-orang yang tidak sehat mental, karena kondisi jiwa pelaku yang resah, susah dan penuh tekanan sehingga tidak mampu berpikir secara jernih, tidak pernah merasa puas, tidak mampu menyesuaikan diri, tidak menerima kekalahan dan lainnya (Safuwan dan Subhani. 2009). Banyak cara dan upaya untuk pencegahan kesehatan mental yang buruk yang akan berakibat pada perilaku penyimpanga sosial.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun