Mohon tunggu...
Muhamad Akbar Fadhil Mubarok
Muhamad Akbar Fadhil Mubarok Mohon Tunggu... Teknik Informatika

mahasiswa Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Menemukan Pola di Balik Desain Perangkat Lunak: Antara Seni dan Sains

20 Maret 2025   10:30 Diperbarui: 20 Maret 2025   20:53 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rekayasa perangkat lunak. (Sumber:Freepik)

Dalam dunia yang semakin didominasi oleh perangkat lunak, kita sering kali terjebak dalam anggapan bahwa software hanyalah sekumpulan kode yang berjalan di balik layar. Padahal, di balik setiap aplikasi yang kita gunakan sehari-hari, ada sebuah pola yang telah dipikirkan matang-matang oleh para pengembangnya. Pola ini bukan sekadar aturan teknis, tetapi juga representasi dari cara kita berpikir, memahami, dan berinteraksi dengan teknologi.

Artikel "Patterns in Software Design" karya Peter Vogt membuka wawasan kita tentang bagaimana desain perangkat lunak sebenarnya bukan sekadar aktivitas menulis kode, melainkan sebuah proses kreatif yang melibatkan abstraksi, penyebaran, dan umpan balik. Jika kita melihat lebih dalam, kita bisa menyamakan proses ini dengan cara manusia memahami dunia: mencari pola, menyebarluaskan ide, dan mengumpulkan masukan untuk terus berkembang.

Software: Lebih dari Sekadar Kode

Ketika kita membuka sebuah aplikasi di smartphone, mungkin kita hanya berpikir bahwa aplikasi itu "bekerja" begitu saja. Padahal, proses di baliknya jauh lebih kompleks. Software yang baik bukan hanya tentang fungsionalitas, tetapi juga tentang bagaimana ia dirancang agar mudah digunakan, efisien, dan dapat berkembang seiring waktu.

Vogt membahas bagaimana software berkembang dalam siklus yang disebutnya sebagai "Conic Spring Model." Model ini menggambarkan bagaimana pengembangan perangkat lunak tidaklah linear, tetapi berbentuk spiral, di mana setiap iterasi membawa perbaikan dan pengembangan yang lebih matang. Dengan kata lain, software yang kita gunakan hari ini adalah hasil dari berbagai versi yang telah diuji dan diperbaiki berdasarkan umpan balik dari pengguna sebelumnya.

Hal ini menjelaskan mengapa aplikasi yang sukses bukan hanya yang memiliki fitur terbaik, tetapi juga yang paling memahami penggunanya. Sebuah aplikasi media sosial, misalnya, mungkin memiliki fitur canggih, tetapi jika antarmukanya membingungkan, pengguna akan meninggalkannya. Di sinilah pentingnya pemahaman pola: bagaimana manusia berpikir, bagaimana mereka menginginkan sebuah aplikasi bekerja, dan bagaimana cara terbaik untuk menjembatani kebutuhan tersebut melalui desain perangkat lunak.

Abstraksi: Menyederhanakan yang Rumit

Salah satu poin menarik dari artikel Vogt adalah konsep abstraksi dalam pengembangan software. Abstraksi adalah seni menyederhanakan sesuatu yang kompleks agar lebih mudah dipahami dan digunakan. Dalam konteks software, ini berarti merancang sistem yang fleksibel dan dapat digunakan dalam berbagai skenario tanpa kehilangan esensi fungsinya.

Misalnya, dalam pembuatan perangkat lunak pemetaan, seorang pengembang tidak bisa hanya membuat fitur yang berlaku untuk satu jenis peta saja. Ia harus memikirkan bagaimana software tersebut bisa digunakan baik untuk peta kota, peta cuaca, hingga peta hutan. Dengan menggunakan pendekatan abstraksi, fitur-fitur dalam perangkat lunak dapat dirancang agar fleksibel dan mudah disesuaikan oleh pengguna dengan kebutuhan yang berbeda-beda.

Konsep ini juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Kita cenderung mengelompokkan informasi ke dalam kategori-kategori tertentu agar lebih mudah dipahami. Sama seperti kita mengenali pola dalam bentuk wajah atau suara, software juga dirancang untuk mengenali pola dan bekerja dengan lebih efisien berdasarkan pola-pola tersebut.

Penyebaran: Membuat Software Bisa Dijangkau oleh Banyak Orang

Software yang hebat tidak ada artinya jika tidak bisa diakses oleh pengguna. Ini adalah salah satu poin penting dalam artikel Vogt: bagaimana sebuah software disebarluaskan dan dibuat dapat diakses oleh berbagai jenis pengguna.

Terkadang, software yang sangat bagus secara teknis gagal di pasaran hanya karena sulit diinstal, memiliki lisensi yang terlalu membatasi, atau tidak mendukung berbagai sistem operasi. Di sinilah pentingnya penyebaran: software harus dibuat agar dapat digunakan oleh sebanyak mungkin orang dengan cara yang paling mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun