Mohon tunggu...
Muhammad Ichsan
Muhammad Ichsan Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai seni sastra, sosial dan budaya

http://ichsannotes.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ceplas-ceplos

13 Juli 2012   15:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:59 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kira membaca memang sangat baik untuk membuka cakrawala pemikiran. Namun, ketika membaca sebuah gagasan, ada baiknya diri sendiri memiliki filter yang menyaring agar hanya gagasan bermanfaat saja yang layak disimpan dalam benak.

Demikianlah kebiasaan saya ketika membaca sebuah buku. Tak jarang hanya untuk menyaring dan menolak indoktrinasi gagasan pemikiran yang dipaparkan penulisnya secara mentah-mentah (taken for granted), saya suka mengarang-ngarang ilustrasi versi saya sendiri.

Sore ini saya membaca buku karangan Les Giblin : "Kunci Sukses Meyakinkan dan Mempengaruhi Orang Lain dalam Berbagai Urusan."

Pada bagian yang membahas tentang membuka percakapan dengan orang lain, supaya orang tersebut larut dengan "topik" yang semula kita ajukan sehingga dia lupa diri dan rela menghabiskan waktunya hanya untuk kita saja, penulis menganjurkan pembacanya supaya berbicara tanpa "rem" alias "yang penting banyak omong." Berikut kutipannya:

"Kehidupan bermasyarakat akan semarak karena setiap kali orang melepaskan rem dari hatinya dan membiarkan lidah mereka bergerak secara otomatis, mengatakan apa saja sesuka hati mereka." (Bagian IV, BAB 8, Halaman 125)

Anda bisa bayangkan kalau gagasan ini ditelan mentah-mentah oleh pembacanya? Simak ilustrasi saya mengenai ini:

1.  Jamur Kuping

Beni tak bisa menahan diri sewaktu dia melihat apa pun yang menurut matanya "aneh". Maklum saja reaksinya sedemikian cepat mengalahkan pertimbangan yang digerakkan pikirannya. Alhasil, dimana ada Beni, di sana dijamin pasti ada kehebohan.

Di taman kota, sore ini dia berjumpa dengan seorang lelaki berkepala botak di tengah, tapi dikelilingi rambut keriting ikal ala hakim Inggris yang membingkainya. Seketika Beni dikejutkan oleh lesatan ide yang menerobos masuk ke dalam benaknya.

"Maaf, bapak.." tegurnya sopan sekali. "Boleh nanya dikit, Pak?"

Si bapak terpesona dengan sikap terpelajar Beni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun