Mohon tunggu...
Muhammad Ichsan
Muhammad Ichsan Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai seni sastra, sosial dan budaya

http://ichsannotes.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Valentine, dari Mitos Menuju Arketipe

13 Februari 2016   17:46 Diperbarui: 13 Februari 2016   18:25 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan pemikiran ahli semiotik Perancis ini, rangkaian episode dari penggalan kisah hidup St. Valentine yang dramatis, menjadi semacam ”tanda” dari lapis kedua kenyataan yang sebelumnya hanya merujuk pada terbentuknya tanda lapisan pertama yang menggambarkan peristiwa biasa matinya seorang pendeta di tangan penguasa Claudius II, yang tidak diberi bobot tambahan pengertian tertentu (momentum kesucian cinta melalui pengorbanan sang martir).

[caption caption="Setiap mitos adalah entitas yang berdiri di dalam lapisan kedua kenyataan."]

[/caption]

St. Valentine menjadi mitos akibat peristiwa yang dialaminya diberi sejumlah bobot penafsiran sebagai ”tanda” yang menandai konsep-konsep pemikiran filosofis tersendiri, berikut ini:

1. Cinta yang tulus adalah yang mau berkorban demi keberlangsungan eksistensi cinta itu sendiri sebagai entitas yang bersemayam dalam diri manusia. Sebagaimana dicontohkan dalam perbuatan Valentine yang rela dipenjara karena telah menikahkan pasangan yang salin mencintai sekalipun dilarang Claudius II.

2. Cinta yang suci adalah cinta dalam hati tiap kekasih yang menentang apapun yang merintangi jalan penyatuannya dalam ikatan sakral. Para kekasih disarankan untuk meniru perbuatan para pasangan yang dinikahkan Valentine secara sembunyi-sembunyi, seandainya ada hal-hal yang membuatnya terhalang sebagai pasangan hidup yang syah menurut ajaran dogmatis tertentu.

3. Cinta yang murni adalah cinta yang murah hati, penuh rasa iba pada penderitaan sesama manusia, seperti perbuatan Valentine yang berbelas kasihan pada seorang gadis penyakitan anak penjaga penjaranya yang ia sembuhkan.

4. Cinta yang bergairah adalah cinta yang terekspresikan dalam laku dan perbuatan tertentu, seperti perbuatan Valentine yang mengungkapkan hasrat cintanya yang dalam melalui surat cinta pada kekasih sebelum kematiannya pada 14 Februari yang tragis itu.

5. Cinta adalah kebajikan tertinggi yang transendental bila salah seorang kekasih berani menempuh resiko kehilangan nyawa demi orang yang dicintainya. Cinta yang demikian akan hidup selamanya di hati sanubari umat manusia.


Pengertian-pengertian filosofi cinta inilah yang menganggap peristiwa tragis St.Valentine bukan sebagai drama kehidupan biasa di masa lampau. Ia menjadi mitos yang dibangun dari konstruksi pra-konsepsi yang tidak hanya menandai telah terjadinya pembuhunan seorang pendeta oleh Kaisar Romawi, Claudius II pada 14 Februari 270 M, tapi menimbulkan pengertian di dalam teks (baik lisan maupun tertulis) yang mengkomunikasikannya sebagai ”tanda” hadirnya konsepsi tentang cinta yang tulus, murah hati, kukuh berpendirian, rela berkorban. Suit.. suit.. Aduhai!

Alhasil, sampai sekarang pun hari kematian St. Valentine dikenang sebagai Hari Kasih Sayang dengan beragam perayaan yang romantis, syahdu sekaligus melankolis. Sebab, peristiwa tragis di akhir abad ke-3 Masehi itu telah memitoskan eksistensinya melalui bobot-bobot pengertian tertentu yang notabene bersifat filosofis sekaligus ideologis.

Perayaan Valentine sebagai arketipe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun