Mohon tunggu...
Muhammad FatkhunNaim
Muhammad FatkhunNaim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Bahasa Indonesia di SMP Plus Latansa Demak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Budaya Positif di Sekolah

1 September 2022   11:55 Diperbarui: 1 September 2022   12:00 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membangun Budaya Positif SMP Plus Latansa Demak (Muhammad Fatkhun Naim CGP Angkatan 5)

Pada era sekarang masih banyak dijumpai siswa yang berperilaku negatif. Faktor yang melatarbelakangi mereka sangatlah beragam variasi. Baik faktor internal maupun faktor eksternal sekolah. Hal ini tentu saja tidak baik untuk budaya di sekolahan. Yang ada nanti karakter tersebut dapat meyebar seperti virus ke siswa yang lain.

Oleh karena itu butuh penanganan yang tepat untuk menindaklanjuti perilaku siswa yang kurang tepat. Guru perlu mengetahui tata cara yang tepat dalam menangani siswa yang indisipliner.

Dokpri
Dokpri

Sebelum jauh melangkah, mari kita mulai dengan 3 motivasi perilaku manusia. Yang pertama menghindari hukuman atau rasa sakit. Yang kedua mendapatkan hadiah/imbalan dan yang ketiga karena nilai yang mereka yakini. Motivasi pertama dan kedua termasuk motivasi ekternal, sebisa mungkin kita tidak melakukannya karena sifatnya hanya sementara dan bisa berakibat buruk di belakangnya. Sedangkan motivasi yang dianjurkan adalah motivasi ketiga atau motivasi intrinsik dengan membangun nilai-nilai yang mereka percayai tanpa perintah atau paksaan untuk bertindak disiplin.

Selain itu, kita sebagai guru juga harus tahu kenapa siswa melakukan tindak insipliner. Mari kita pelajari 5 kebutuhan dasar manusia yaitu 1) Bertahan Hidup 2) Penguasaan 3) Kasih sayang dan Rasa Diterima 4) Kesenangan dan 5) Kebebasan. Ketika kebutuhan dasar manusia tidak bisa disalurkan secara positif, maka anak akan meluapkannya melalui jalur negatif. Nah tugas kita adalah memberikan ruang kebutuhan anak yang indisioliner tersebut agar bisa kebutuhan-kebutuhannya dapat tersalurkan dengan positif.

Dokpri
Dokpri

Untuk itu, kita harus bisa memposisikan diri dengan baik dalam menghadapi siswa. Dalam posisi ini, ada 5 jenis posisi kontrol yang perlu diketahui yaitu 1) Sebagai Penghukum 2) Sebagai Pembuat rasa bersalah 3) Sebagai Teman 4) Sebagai Pemantau 5) Sebagai Manajer. Selama ini di manakah posisi kita dalam mendisiplinkan siswa? Mari kita simak penjelasan berikut.

Posisi yang pertama sebagai penghukum. Posisi ini dilakukan guru dengan cara menghardik, menunjuk-nunjuk, berkacang pinggang dan membentak siswa. Bentuk hukuman yang diberikan berupa hukuman verbal dan hukuman fisik. Dampak yang diberikan dapat membuat siswa menjadi pendendam dan tidak menyukai guru atau mata pelajaran yang diampu.

Posisi yang kedua sebagai pembuat rasa bersalah. Posisi ini dilakukan guru dengan cara bersuara cenderung lembut, tenang, namun kata-katanya menyalahkan murid. Guru akan menyatakan hal-hal yang merasa kesalahan ada pada murid, dengan membuat guru "Menderita". Dampak hukuman terhadap siswa bisa membuat siswa merasa bersalah (identitas gagal), rendah diri dan menarik diri dari lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun