Mohon tunggu...
Alfin Pulungan
Alfin Pulungan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

"Mereka yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan." [Imam Ali bin Abi Thalib a.s.]

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fallacy Para Pengikut Rocky Gerung

3 Februari 2019   00:19 Diperbarui: 3 Februari 2019   00:30 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rocky Gerung memang 'Bukan Profesor' sungguhan. Secara formal hanya berlatar belakang pendidikan Strata 1 (S1) fakultas sastra, dari Universitas Indonesia (UI). Sedangkan gelar profesornya menurut Bang Poltak didapat dari forum akademisi melalui sidang senat guru besar universitas.¹ Jadi bukan melalui proses akademik pada umumnya atau karena memiliki keilmuan yang mumpuni. Pihak UI sendiri tak pernah memberikan gelar profesor kepada Rocky Gerung.

Saat inipun aktifitasnya sebagai dosen filsafat sudah tidak diizinkan lagi, mengingat Rocky Gerung tidak memenuhi kualifikasi sebagai dosen.² Lagian masa iya sih lulusan S1 ngajar S1 juga. Karenanya, masyarakat luas tak perlu lagi memanggilnya sebagai seorang profesor. Lagipula yang bersangkutan tak minta dipanggil profesor, serta menolak mendapat beasiswa untuk meneruskan ke jenjang doktoral, karena sudah merasa berfikirnya sudah setara dengan doktor.

Tapi lebih dari itu bahwa berbagai pernyataannya yang nyeleneh justru tak menunjukkan bila ia seorang yang berpendidikan tinggi. Seorang dosen seharusnya berdiri di tengah, dan tak mengumbar pernyataan politis di muka umum yang frontal mendukung pihak tertentu, serta memojokkan pihak lainnya, terlebih lagi dengan pernyataan yang sama sekali tak berdasar, tapi seolah dirinya paling benar dan paling memahami apa yang tengah dibahas.

Yang paling mengeherankan adalah saat ia diberi izin untuk berorasi oleh para pendukung Prabowo-Sandiaga di salah satu masjid di Bangkalan, Madura. Lah ini dimana logikanya, bukankah mereka yang paling getol melarang non-muslim (bahkan mereka sebut "kafir") masuk ke masjid? 

Apalagi soal bicara memilih pemimpin non muslim. Rasanya ada kerancuan berfikir (fallacy) disini. Fallacy-nya adalah mereka melarang orang lain memilih pemimpin non muslim, juga melarang non muslim masuk masjid, tapi di saat yang lain tanpa sadar mereka telah melanggar pernyataan mereka sendiri, yakni dengan mengundang dan memberi izin seorang non muslim (baca: Rocky Gerung) mengisi orasi di masjid. Jelas mereka membolehkan hal itu hanya karena ada kepentingan politik. Ini benar-benar culas sekaligus munafik!

Ketika Ahok masih gubernur beberapa kali dia dilarang masuk masjid. Padahal tujuan mengunjungi masjid sangat jelas, yaitu urusan negara karena waktu itu dia menjabat sebagai wakil gubernur DKI dan kemudian Gubernur DKI. Ahok dilarang karena kekafirannya. Lalu gaduhnya luar biasa.

Itu sebenarnya sah-sah saja. Tetapi ketika Ahok mencalonkan diri lagi, kaum yang merasa diri paling islami melarang orang Islam memilihnya karena kekafirannya. Mereka bersembunyi di belakang agama.

Video Rocky Gerung berorasi di hadapan umat Islam yang disambut dengan takbir itu terjadi di Madura ketika Sandiaga bersilaturahmi ke Keluarga Besar Pendiri NU Syaikhona Kholil Bangkalan. Menurut keterangan sumber video tersebut yang diambil dari Facebook bernama Raden ini:

https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=241422710120061&id=100027570002208

Herannya saya, orasi Rocky Gerung dibalas dengan takbir, secara sepengetahuan saya Rocky itu non-Islam. Entah itu benar atau tidak dari sudut pandang Teologi Islam, saya kurang tahu. Tetapi menurut pengalaman saya, yang seperti itu baru terjadi di Pilpres ini, seorang non-Islam berorasi di hadapan umat Islam lalu disambut dengan seruan takbir. Luar biasa bukan.

Kenapa itu terjadi? Karena pandangan politik. Kalau sudah seperti itu, agama bagi mereka nomor dua, politik nomor satu. Tidak apa-apa agama dipermainkan yang penting yang berorasi itu mendukung Prabowo-Sandi, habis perkara. Yang tidak mendukung, mau Islamnya kaffah, mau dia ulama, mau dia ustadz, kalau tidak mendukung berarti sesat. Gila bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun