Mohon tunggu...
Muhammad Farid Ali
Muhammad Farid Ali Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMAN Negeri 28 Jakarta | XI MIPA 3

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohon Ajaib

1 Desember 2020   18:51 Diperbarui: 1 Desember 2020   18:53 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.wallpaperbetter.com/id/search?q=seni+kipas

Pada suatu hari, mentari memancarkan sinarnya dan sedang berada di titik puncaknya. Udara terasa panas bagai menusuk kulit. Bel sekolah berteriak tanda waktu pulang telah tiba. Rio yang sudah tidak sabar pulang ke rumah pun segera bergegas merapikan barang-barangnya. Rio pulang menuju rumah dengan sepeda akan tetapi saat di perjalanan menuju rumahnya, ban sepedanya bocor akibat tertusuk paku. Karena cuacanya sedang panas, Rio tidak sanggup melanjutkan perjalanan dan mencari tempat berteduh terlebih dahulu. 

Setelah sedikit berjalan sambil membawa sepedanya, Rio menemukan sebuah pohon besar untuk berteduh. Rio merasa lega karena udara di bawah pohon tersebut terasa sangat sejuk. Rio bersender di bawah pohon tersebut sambil mengipas dirinya menggunakan buku tulisnya. Saat dirinya sedang enak-enaknya menikmati sejuknya angin, tiba-tiba sesuatu menimpa kepalanya. Pandangannya kabur, Ia tak bisa melihat dengan jelas. Tak lama penglihatannya membaik dan bergegas mencari barang apa yang menimpanya barusan. 

Ia menemukan sebuah buku kuno berisi mantra-mantra sihir di dalamnya. Saat ia membukanya betapa terkejutnya ia bahwa pohon yang ada di depannya dapat berbicara dan mengerti bahasanya. 

Pohon tersebut memberi petunjuk tentang buku yang menimpa kepala Rio. Ia juga menjelaskan bahwa hanya orang terpilih yang dapat menggunakannya. Buku tersebut juga merupakan buku yang sengaja dikirim dari dunia bernama Evimeria. 

Tujuannya adalah untuk mencari pahlawan yang dapat menyelamatkan dunianya dari kehancuran dan Rio lah orang yang mendapatkan tugas tersebut. Saat Rio bertanya lebih lanjut, pohon tersebut mengeluarkan pintu ke dunia lain dan mendorong Rio masuk ke dalam dunia tersebut. 

Rio terjatuh di suatu pulau tak berpenghuni. Ia melihat sekeliling dan melihat sebuah hutan di seberang pulau tersebut. Ia kebingungan dan memikirkan caranya mencapai ke hutan tersebut. Tiba-tiba peri datang menghampirinya. Yang membuat Rio heran adalah peri tersebut mengenal Rio, padahal mereka tak pernah bertemu sebelumnya. 

Peri tersebut memberi tahu bahwa di dalam buku mantra tersebut terdapat mantra untuk menciptakan perahu. Ia pun mencoba mantranya dan perahu seketika muncul di hadapannya. Rio merasa kagum dan segera bergegas menuju hutan tersebut untuk menemukan sesuatu yang harus ia lindungi. 

Rio memasukki hutan tersebut dan betapa terkejutnya ia saat mengetahui bahwa hutan itu ternyata adalah desa bagi mahluk yang ada di dalamnya. Penduduk di sana menjadikan pohon sebagai rumahnya, beberapa dari mereka berupa hewan dan beberapa adalah peri. Rio kembali terkejut saat mengetahui hewan di sana dapat berbicara menggunakan bahasa manusia. Desa tersebut bernama ZOI yang berarti kehidupan. Peri juga menjelaskan bahwa di hutan tersebut terdapat air terjun yang biasa disebut oleh penduduk sebagai air kehidupan. Peri memberikan pengumuman kepada seluruh penduduk di sana. Para penduduk menyebut Rio sebagai pahlawan. 

Rio masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh para penduduk dan ketika dirinya ingin bertanya kepada mereka tiba-tiba salah satu hewan berteriak bahwa penjajah datang. Penduduk hutan segera berhamburan untuk berlindung dan beberapa bersiap terhadap serangan tersebut. Rio bergegas menuju ke bibir pantai dan melihat barisan kapal baja dilengkapi senjata modern. Peri tersebut pun menjelaskan bahwa penjajah tersebut ingin menghabiskan hutan mereka dan akan dibangun menjadi kawasan industri. Mereka menolak karena akan berdampak sangat buruk bagi dunianya. 

Tembakan Meriam dilepaskan dari kapal tersebut. Rio menggunakan mantranya dan membuat dinding yang mengelilingi pulau. Para penduduk pun mulai merasa tenang karena pulaunya terjaga oleh dinding tersebut. Akan tetapi dinding tersebut ternyata mulai retak dan tidak kuat menahan peluru yang ditembakkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun