Mohon tunggu...
M. Agus Salim
M. Agus Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Netpreneur

Mengungkapkan rasa lewat kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rezekimu Ibarat Kupu-Kupu

4 Desember 2020   11:30 Diperbarui: 22 September 2021   13:08 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kupu-Kupu hinggap (Samber: healtheuropa.eu) 

Allah telah membagi rezeki kita sejak 50.000 tahun sebelum Dia ciptakan langit dan bumi. Inilah yang harus pertama kali kita bersama pahami. Rasullah Muhammad SAW bersabda "Allah menetapkan takdir semua makhluk  hidup sejak 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi (H.R Muslim).

Pertama-tama yang harus menjadi fondasi adalah mengenai sebuah keyakinan diri atau akidah. Sebuah keabsolutan, bahwa rezeki adalah yang menciptakan dan memberikan dari Allah. Maka sudah menjadi kepastian, tempatnya memohon dan berharap adalah kepada Sang Pemberi Rezeki. Karena makhluk juga sama-sama meinta rezeki kepada Allah.

Berbicara rezeki, kadang sebagian orang masih memaknainya dengan asumsi "materi". Rezeki adalah apa saja yang memberi manfaat sejati pada diri seseorang. Secara umum, dalam Lisanul Arab, Ibnu Manzhur membagi rezeki menjadi dua macam, yaitu rezeki lahir dan batin. Rezeki lahir adalah yang sifatnya fisik, seperti makanan, uang, dan barang-barang berharga. Sedangkan, rezeki batin adalah sesuatu yang besifat manafaat untuk kebutuhan hati dan jiwa, misalnya ilmu,  kesehatan, dan ketentraman jiwa.

Tingkatan rezeki terbagi atas 4 hal, yaitu:

1. Rezeki yang dijamin sama Allah

Allah berfirman, Tidak ada suatu binatang pun (termasuk manusia) yang bergerak diatas bumi ini yang tidak  dijamin oleh Allah rezekinya (Hud:6) Artinya bahwa Allah memberikan rezeki dasar untuk semua makhluk hidup seperti kesehatan, kecukupan makan dan kecukupan minum. Kita lihat cicak yang hanya merayap di tembok saja, tak pernah mati kelaparan.

2. Rezeki orang yang berusaha

Allah berfirman, Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya (An-Najm:39). Allah memberikan hasil sesuai dengan kapasitas usaha seseorang. Jika seseorang mampu berkerja tiga jam, maka akan dibayar tiga jam. Jika kita bekerja lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih banyak, maka akan mendapat hasil yang lebih banyak. Tidak pandang muslim atau kafir.

3. Rezeki orang yang pandai bersyukur

Inilah rezeki  yang disayang oleh Allah. Orang-orang yang pandai bersukur, akan ditambah nikmatnya oleh-Nya. Sebagaimana kalamnya dalam surat Ibrahim: 7, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku teramat pedih".

4. Rezeki orang yang bertakwa dan bertawakal kepada Allah

Al-Qur'an menyebutkan, Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memerinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (At-Thalaq: 2-3). Banyak kita temui  orang yang cenderung pas-pasan dalam ekonomi, tapi bisa berangkat haji dan umroh. Ada sebuah kisah inpiratif dan nyata. Kasus ini terjadi pada Ayah Penulis, Kami adalah keluarga sederhana dan pas-pasan. Namun Allah memberikan jalan yang tak kurang, untuk hambanya. Ayah berangkat umroh pada tahun 2018. Sebuah keajaiban dari-Nya yang sangat kami syukuri.

Lantas, sikap yang bagaimana agar kita senantiasa merasakan kemudahan dalam menjemput rezeki? Rezeki itu berasal dari Allah, maka cara termudah menjemputnya adalah dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Rumus globalnya adalah selalu berusaha untuk mendekat kepada Allah dengan dua cara,yaitu melakukan yang wajib dan mengamalkan yang sunnah.

Mindset dalam memahami rezeki adalah bisa digambarkan dalam ilustrasi seekor kupu-kupu. Jika rezeki diibaratkan kupu-kupu, maka cara terbaik untuk mendapat rezeki bukan dengan menangkap kupu-kupu satu per satu. Jika kita menangkap kupu-kupu dengan menggunakan jaring, mungkin yang kita dapatkan satu-dua kupu-kupu. Kalau dikumpulkan, mungkin hanya terkumpul ratusan kupu-kupu. Kita menangkapnya karena merasa senang bermain dengan kupu-kupu. Namun, jika kita menagkapnya dan meletakkannya di sarang, kita akan merasa cemas kupu-kupu itu akan lepas.

Ada pertanyaan menarik. Jika kita ingin bermain kupu-kupu dengan senang, mengapa kita tidak membangun sebuah taman yang indah saja? Bangun tamanya, tanamlah bunga-bunga yang dapat mengundang kupu-kupu datang ke taman kita. Kita juga tidak akan khawatir kupu-kupu akan hilang. Jika yang satu pergi, maka akan datang kupu-kupu lainnya.

Kupu-kupu adalah ibarat rezeki, dan taman adalah sebab-sebab yang mendatangkan rezeki. Fokus membangun taman yang indah akan membuat kita didatangi oleh kupu-kupu dalam jumlah banyak. Hidup kita akan lebih tenang karena tidak mengejar uang (rezeki), namun malah dikejar-kejar uang (rezeki).

Apa kabar taman bungamu? Mari kita perindah!

Referensi: Fahrur Muis (2016) - Di Kejar Rezeki Karena Sedekah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun