Mohon tunggu...
Muhammad SyaifulArief
Muhammad SyaifulArief Mohon Tunggu... Guru - Roosibun writer

رب سكوت ابلغومن كلام

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Summer Camp: Multikulturalisme di Indonesia dan Jerman

22 Oktober 2022   21:58 Diperbarui: 22 Oktober 2022   22:12 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara nasional Indonesia sendiri mengakui dua gender, yakni laki-laki dengan kemaskulinanya dan perempuan dengan feminismenya. Namun ada juga suku yang mengenal lima gender diantaranya Celalai yang fitrahnya perempuan namun mengambil peran laki-laki, Celabai ini sebaliknya dari Celalai. 

Ada lagi Bissu yang dianggap bukan laki-laki dan perempuan namun mewakili keseluruhan spektrum gender. Perihal sex hanya boleh dilakukan dalam konteks lembaga pernikahan.

Di Jerman selain laki-laki dan perempuan juga menerapkan gender ketiga untuk identitas resmi dengan kategori berbeda artinya tidak laki-laki dan perempuan. Mereka yang interseks memiliki kondisi berbeda dengan orientasi seksual seorang seperti LGBT, Lesbian, Gay, biseksual dan transeksual. Legalisasi sex juga diatur dalam konstitusi jerman bahwa pernikahan sejenis itu dibolehkan.

  • Pendidikan

Stratifikasi ekonomi masih bisa dirasakan di Indonesia sehingga pendidikan tidak bisa diakses oleh golongan kelas ekonomi kebawah. Banyak daerah-daerah kecil yang belum tersentuh pendidikan bahkan yang literat masih minim. 

Kualitas pendidikan di Indonesia masih menempatkan siswa pada kategori kelas Unggulan dan kelas biasa dilihat dari tingkat kecerdasan dan ekonomi, selain itu kegiatan Mos dan Ospek pun masih dilakukan tujuanya agar orang itu kuat mental dan fisik. Pergantian kurikulum pun kerap kali terjadi pada pergantian mentri sehingga siswa dituntut untuk cepat mamahami pelajaran.

Pendidikan di Jerman memiliki tiga tahap antara lain, pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Grundschule atau pendidikan dasar usia 7-10 tahun, anak diberikan pilihan sesuai bakatnya Orienterungsstufe atau Tahapan Orientasi. 

Maka setelah itu akan diarahkan ke Hauptschule dan Realschule lebih ditekankan kepada anak yang ingin langsung kerja, ke universitas dengan melalui Gymnasium. Untuk kurikulum pendidikanya pun student center yang mana murid belajar atas dorongan sendiri.

            Multikulturalisme adalah sebuah fitrah kehidupan. Menurut Rene Dubos ''Human Diversity make tolerance more than virtue: it makes it a requirement for survival'' tidak setuju pilihan orang lain, kita menghargainya. Juga tidak memaksakan pilihan kita sendiri.  Dengan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing multikultural artinya mencoba berkolaborasi pada hal-hal yang sama dan memahami pada perbedaan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun