Mohon tunggu...
Muhammad ArifSavinsada
Muhammad ArifSavinsada Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Seperti Kuda Pembawa Gerobak Sampah

14 Januari 2021   19:49 Diperbarui: 14 Januari 2021   19:56 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku anak pertama dan satu-satunya di keluargaku. Hidupku normal seperti remaja umumnya. Aku tidak memiliki cacat fisik dan mental. kehidupan waktu masih kecilku biasa saja, berteman dan bermain. Kehidupan SMPku mungkin msih normal, yaitu korban bully. 

waktu SMP kelas satu, disaat aku baru masuk sekolah SMP. aku mempunyai seorang teman. Dia memiliki wajah dan fisik yang menarik. Aku berada diposisi duduk dengan dia. Seminggu berlalu dengan momen pertemanan yang baik saja pada umumnya. Namun pendapat itu disimpulkan hanya dibangku kami berdua. Berbeda dengan sekitarku, yang sudah ada hukum tirani yang awalnya tak ada. Dimana terdapat seorang Raja dan Ratu. Penghibur dan penghasut. Tampan dan cantik, dan terakhir teman keduaku Tony. 

Tony adalah orang yang memiliki fisik yang pendek. Dia memiliki wajah menawan. Awal pertemanan ku dengan Tony yaitu saat kelas kami melakukan rotasi( pertukaran posisi duduk ). Kami saling mengenal satu sama lain. Tony orang yang baik hati dan ceria. Dia selalu suka menghibur sekitarnya. Namun setelah 2 Minggu, terdapat perubahan dalam kehidupan sekolah Tony. Dia mulai menjadi kacung bagi seorang raja dikelas kami. Semua Teman sekelas Tony hanya diam saja, termasuk aku. Aku takut menjadi seperti Tony. 

Aku mulai menjauhi Tony. Namun seminggu kemudian, aku menjadi seperti Tony. Aku menjadi kacung oleh teman pertamaku yang sudah berteman dengan raja. Aku sangat sedih. Sekolah waktu itu hanyalah tentang berteman dan bermain berubah, belajar apalagi. Tahun berikutnya masih sama. Karena pembagian kelas yang tidak ada berubah. Permainan hidup Raja dan kacung masih berlanjut, sampai ke tahun ketiga. 

Ditahun ketiga aku menyadari bahwa kondisiku bukanlah langka. Pembullyan masih saja berlanjut, Walaupun bukan aku. Setelah tamat SMP, aku lanjut ke SMA. DiSMA kehidupanku kembali normal. Berteman dan bermain, namun aku merasa bahwa sesuatu telah hancur. Tahun ke tahun diSMA seperti kompetisi. Dimana terdapat kumpulan pecundang, pemenang. Pemenang adalah kumpulan siswa yang pintar, tampan, dan cantik. Pecundang adalah kumpulan siswa yang berlawanan dari pemenang. Nilai adalah penentu dikelasku. 

Sampai ditahun ketiga. Aku dipindahkan ke kelas lain, yang memiliki sedikit perbedaan. Dikelas baru ini terdapat satu kategori baru, yaitu diskualifikasi. Mereka adalah orang yang bercita - cita tinggi, dan yang tidak punya tujuan hidup. Aku adalah yang terakhir. Aku tak punya tujuan. Aku hanya mengamati sekitarku. Aku pernah berpikir hidup itu tidak adil. Namun langsung berubah ketika aku melihat yang dibawahku, yang selalu kekurangan dan tidak pernah berlebih. 

Diakhir tahun masa SMAku didesak oleh waktu. Aku harus memilih jurusan Mana yang akan kujalani. Aku tak tahu apa minatku, hobiku, dan bakatku. Aku hanya mengikuti apa yang dipilih oleh guruku. Sampai pada akhirnya, aku masuk kuliah. 

Aku mulai menyesal, karena jalan ku sudah lah dihutan rimba. Aku tak tahu dimana arah jalanku, Namun aku harus tetap berjalan. Dan aku mulai menemukan arah jalanku, yang ternyata hanyalah menuju ketepi jurang. Akupun berbalik, namun hewan buas sudah mulai mengepungku. Mereka selalu mengikutiku, menungguku, dan membayangiku. Mereka adalah waktu. Akupun hanya terdiam. Karena otakku sudahlah membisu.

"Bersambung"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun