Mohon tunggu...
Muhammad Isnaini
Muhammad Isnaini Mohon Tunggu... Dosen

Membaca dan menulis adalah Dua sisi dari satu koin: membaca memperkaya wawasan, sementara menulis mengolah dan menyampaikan wawasan tersebut. Keduanya membangun dialog tak berujung antara pikiran dan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tren Cyiberbulliying di Era Digital dan Solusinya bagi Pelajar melalui Pendidikan

8 Februari 2025   15:25 Diperbarui: 8 Februari 2025   15:22 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tren Penggunaan Gawai meningkat (Sumber: Kompas.com)

Dalam era digital yang berkembang pesat, internet telah menjadi bagian integral dari kehidupan pelajar di Indonesia. Penggunaan media sosial, platform komunikasi daring, dan teknologi digital lainnya telah memberikan banyak manfaat, tetapi juga menghadirkan tantangan serius, salah satunya adalah cyberbullying. Cyberbullying, atau perundungan di dunia maya, telah menjadi fenomena yang semakin meningkat dan berdampak signifikan pada kesejahteraan psikologis, emosional, serta akademik para pelajar. Dengan semakin banyaknya pelajar yang memiliki akses ke internet dan media sosial, insiden cyberbullying semakin sulit dikendalikan. Bentuk cyberbullying yang umum meliputi penghinaan dan pelecehan melalui komentar kasar, ujaran kebencian, serta hinaan di platform media sosial, penyebaran informasi palsu untuk merusak reputasi seseorang, pembocoran informasi pribadi tanpa izin yang dapat membahayakan keselamatan mereka, serta pengucilan seseorang dari grup atau komunitas daring secara sengaja. Menurut berbagai survei dan penelitian, sekitar 45% pelajar di Indonesia mengaku pernah mengalami cyberbullying dalam berbagai bentuk, dengan platform seperti WhatsApp, Instagram, TikTok, dan Facebook menjadi media utama tempat insiden ini terjadi.

Dampak cyberbullying terhadap pelajar sangat serius, baik secara psikologis, sosial, maupun akademik. Korban rentan mengalami stres, kecemasan, dan depresi yang dapat berujung pada tindakan menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri. Selain itu, banyak korban mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan motivasi belajar, dan mengalami penurunan nilai akademik. Secara sosial, mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar, kehilangan rasa percaya diri, dan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal. Stres berkepanjangan akibat cyberbullying juga dapat menyebabkan gangguan tidur, sakit kepala, serta penurunan sistem kekebalan tubuh yang berdampak pada kesehatan fisik secara keseluruhan.

Mengatasi cyberbullying memerlukan pendekatan yang komprehensif, terutama melalui pendidikan yang berperan sebagai garda terdepan dalam membentuk kesadaran dan karakter pelajar. Sekolah perlu mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum agar siswa memahami etika berinternet, keamanan digital, serta konsekuensi dari cyberbullying. Selain itu, perlu ada peningkatan kesadaran melalui seminar, lokakarya, dan kampanye anti-cyberbullying yang melibatkan siswa, guru, dan orang tua. Sekolah juga harus memiliki kebijakan yang jelas terkait pencegahan dan penanganan kasus cyberbullying, termasuk mekanisme pelaporan yang mudah diakses oleh siswa. Peran guru dan orang tua sangat penting dalam mendampingi anak dalam penggunaan teknologi digital, membangun komunikasi yang terbuka, dan menciptakan lingkungan yang aman bagi mereka. Penyediaan layanan konseling di sekolah juga dapat membantu korban cyberbullying untuk mendapatkan dukungan emosional dan psikologis yang mereka butuhkan. Selain itu, pemanfaatan teknologi seperti filter dan kecerdasan buatan untuk mendeteksi ujaran kebencian serta konten yang berpotensi merugikan dapat menjadi langkah preventif dalam mengurangi cyberbullying.

Cyberbullying merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh pelajar di era digital. Dampaknya tidak hanya terbatas pada aspek psikologis, tetapi juga berpengaruh terhadap prestasi akademik dan kehidupan sosial korban. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran penting dalam mencegah dan mengatasi permasalahan ini. Dengan meningkatkan literasi digital, memperkuat kebijakan sekolah, serta memberikan dukungan emosional bagi korban, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan sehat bagi generasi muda Indonesia.

Maraknya Kasus Ciber Bulliying (Sumber: Seru.co.id)
Maraknya Kasus Ciber Bulliying (Sumber: Seru.co.id)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun