Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bom Bunuh Diri, Salah Siapa?

21 Mei 2018   11:56 Diperbarui: 21 Mei 2018   12:04 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada dasarnya setiap manusia melakukan suatu hal mempunyai tujuan yang kuat, apalagi kalo udah melakukan hal yang membahayakan stabilitas suatu negara. Kalo sampe manusia itu berani, ya tujuannya udah kuat banget. Dia gk peduli seberapa kerugian dan dampak yg dia timbulkan, mau itu bangunan, harta, sampai nyawa, kalo tujuan udah sekuat baja, ya gas gas aja.

Beberapa hari yg lalu, tiga gereja dibom bunuh diri sama teroris, pengikut sesat, atau apapun dia disebut. Nah tentu eksekutor eksekutor ini mempunyai tujuan yg kuat dong sampe sampe berani ngebom bangunan yg bahkan bom itu ngebunuh dia sendiri. Kita masyarakat waras pasti akan melaknat habis habisan pelaku ini, nyumpahin dia, ngutuk dia, atau apapun itu, karena kita nganggep mereka itu manusia yg bukan manusia, gk punya 'pikiran' apalagi hati nurani, dan gk pantas melakukan hal itu. 

Setidaknya itu menurut kita, tapi gimana menurut mereka? Ya kata mereka sih otomatis surga, jaminan surga, pahala, dan segala macemnya, makanya mereka berani banget melakukan itu. Nah, kalo udah meledak bomnya, udah mati pelakunya, udah meninggal korbannya, pertanyaannya siapa yang salah?

Tentu kita semua akan berteriak "mereka lah yang salah, mereka harus dihukum, kelompok mereka diberantas, pemimpin pemimpin mereka tangkap!", Dan... kayaknya mereka gk akan peduli dengan hal itu, 'iman' mereka udah kuat dengan 'kepercayaan' itu, dan kecil kemungkinan mereka akan berhenti melakukan hal hal serupa hanya dengan diberi cacian cacian semata. Lagipula sangat sulit mendeteksi teroris teroris ini di lingkungan masyarakat, gimana cara nangkepnya kalo dideteksi aja susah.

Sekeras apapun kita meneriakkan mereka salah, ya tetap aja mereka merasa benar, lagi lagi karena 'iman' mereka. Dan gw yakin mereka pun akan nganggep yg salah itu ya lawan mereka, kayak polisi, penegak hukum, orang yg menentang mereka, orang yg gk 'seiman' dengan mereka (contoh disini orang orang gereja sasaran mereka). Mereka nganggep itu jihad dan BENAR. Padahal kita semua tau jihad itu gk gitu (oke mereka juga gk akan peduli dengan tentangan ini).

Sekarang coba kita analisis, apa aja yg terlibat dalam hal ini. Teroris, masyarakat, hukum, sarana prasarana, dan perbedaan dalam Indonesia.

Pertama, kita bahas teroris. Secara logika sederhana ya jelas, gk perlu ditanya, mereka salah karena dari awal aja mau bunuh orang dengan bom (dengan tujuan disebutkan diawal), trus dilakukan beneran bunuh orang gk bersalah, nimbulin kegaduhan, ketakutan, teror, dan segala macemnya yg merugikan banyak aspek. Jadi dari niat dan perlakuan, dua duanya udah salah. 

Tapi ya kita harus liat juga asal usul mereka itu gimana, biasanya orang orang yg terjerumus paham paham sesat ini berasal dari kalangan bawah yg jumlahnya terbanyak di Indonesia, bisa dikatakan gitu, mereka ini jelas kurang pendidikannya dan ekonominya, nah orang yg bisa dibilang bodoh ditambah gk punya duit sama dengan putus asa, kalo udah putus asa ditawarin "lo ledakin diri aja, nanti lo otomatis masuk surga, gk usah khawatir hidup susah lagi", dengan pendidikan mental yg juga sangat kurang, dan biasanya yg nawarin gitu itu bawa bawa agama + dianggapnya seagama sama dia, ya dia ikutin aja dengan gampangnya. 

Dan akhirnya boom meledak berkeping keping. Masalah pendidikan dan ekonomi ini kan gk sepenuhnya salah kalangan bawah ini, disitulah peran pemerintah, negara, untuk memberdayakan mereka dengan solusi solusinya, gimana supaya mereka dapat pendidikan layak, pekerjaan yg mapan, dsb. Mungkin solusi pemerintah udah banyak yg bagus, kayak kartu Indonesia pintar, sekolah gratis, ngebuka banyak lowongan pekerjaan, sembako, dan solusi solusi lain, tapi masalahnya, kadang implementasinya itu yg dicurangin sama subjek subjek dari pemerintah itu sendiri yg rakus kayak tikus makan duit. 

Jadi singkatnya gini, orang ngebom, karena godaan surga atau hal hal semacam itu, dia terpengaruh karena kurang pendidikan dan tertekan ekonomi (putus asa), pendidikan dan ekonomi rendah karena salah satunya solusi dan implementasi pemerintah yg kurang bagus. Nah, gimana tu?

Selanjutnya masyarakat, sekarang ini udah jamannya individual, karena globalisasi, internet, gadget, dsb. Itu ngebuat masyarakat jadi bodo amat sama orang lain. Yg bahayanya, saking gk pedulinya itu, sampe sampe misalnya ada tetangga, temen, atau bahkan keluarga yg muncul indikasi kalo dia itu 'berubah' atau tiba tiba diem misalnya, masyarakat karena individualismenya itu jadi ya "yaudahlah biarin aja, ntar juga normal lagi", trus kalopun sadar tentang perubahan kerabatnya, ya telat reaksinya, gk sigap, eh tau taunya malemnya ilang, besoknya masuk berita bom bunuh diri. Kan gk lucu tuh, sebenernya kita bisa mencegahnya, gara gara individualisme jadi gitu, modar tiba tiba.

Trus lanjut tentang hukum. Memang sih hukum tentang kekerasan, HAM, dan terorisme udah lengkap perundangan undangannya, bahkan bisa dikatakan udah cukup berat hukuman hukumannya. Tapi kita ini hidup di Indonesia, ratusan juta warganya, penegak hukum itu gk bisa mantau satu persatu orang dari dia keluar rumah, aktivitas, sampe balik kerumah lagi. 

Dan gk boleh juga kayak gitu karena setiap orang punya privasi. Nah masalahnya, dengan banyaknya orang dan ibaratnya kemana mana itu bebas lah kalo masih di Indonesia, siapapun boleh ke masjid, gereja, rumah sakit, rumah makan, mall, bahkan kantor polisi, kita itu gk tau apa yg ada di kantong mereka, dalem baju mereka, dalem tas mereka, dan lain lain. 

SIAPAPUN bisa dari rumah "na na na na na" bawa tas isi bom, terus ketengah tengah kerumuman orang, dan boom mati semua. Atau seseorang yg udah kena doktrin sesat, disuruh ngebom gereja, dia berpenampilan kayak kristiani mau ibadah, bawa tas, dan boom mati semua. Jadi intinya itu gk peduli seberapa keras hukum di Indonesia, mau teroris itu digantung mati, disiksa sampe mati, dan sebagainya, kalo bom bunuh diri ya gitu aja, gk ngaruh apapun hukum yg berlaku itu. 

Hukum gk bisa mencegah gerakan teroris secara langsung. Hukum cuma bisa mencegah gerakan teroris secara gk langsung, kayak bikin takut teroris (yg bukan bom bunuh diri) untuk melakukan aksinya, atau bikin efek jera ke teroris, dsb. Dan kalo masih ada bahkan banyak aksi teroris dgn segala macam jenis, itu berarti hukum kita belum berhasil nakutin si teroris teroris ini.

Sarana dan prasarana, ini agak nyambung sama sebelumnya. Kita memang gk bisa mantau masyarakat satu persatu, tapi setidaknya pemerintah bisa masang yg namanya sensor bom di tempat tempat rame supaya kalo ada orang mau ngebom ketauan, tapi muncul lagi masalah, masalahnya sensor bom itu mahal, Indonesia luas banget, gk keitung jumlah tempat yg biasanya rame, dan kayak mustahil aja masang semua tempat itu dengan sensor bom, lagipula kalopun emang udah dipasang sensor, pasti si teroris teroris ini tau kan kalo disitu ada sensor dan dia akan cari cara/jalan lain. 

Nah ini sebenernya pr buat generasi bangsa di masa depan, gimana cara nyelesaiin masalah rumit ini tentang sarana prasarana penunjang pencegahan pengeboman.

Terakhir, perbedaan dalam Indonesia. Topik yg sangat sensitif sekaligus menarik untuk dibahas. Indonesia ini dibangun dengan pondasi yg kuat, pancasila, yg pada awalnya itu di sila pertama seolah olah menyatakan bahwa Indonesia ini agamanya islam. Tapi kemudian muncul protes dan akhirnya berubah seperti sekarang ini. Jadi pada dasarnya Indonesia menyatakan bahwa bangsa ini bukan cuma 1 agama, 1 suku, 1 budaya, tetapi perbedaan lah yg menjadi pondasinya. Dari sd kita udah dikasih tau bahwa perbedaan ini bisa jadi kekuatan sekaligus ancaman. 

Dan yg datang akhir akhir ini yaitu perbedaan sebagai ancaman. Para pelaku bom bunuh diri ini nganggep mereka 'jihad', membunuh orang yg 'berbeda' dengan mereka adalah jihad, dan ketika mati saat berjihad dgn cara mereka itu dianggap masuk surga. Semua ini dilakukan atas dasar PERBEDAAN. Padahal semua agama itu kan cinta damai, gk ada agama yg mau perang, semua agama juga mengajari saling menghormati, dan khususnya dalam islam (sepengetahuan gw) gk gitu cara berjihad, kalo mau ngajak orang non muslim masuk islam ya dengan cara damai, baik baik, kalo misalnya kita udah ngajak dan mereka nolak, ya kita doakan semoga mereka diberi hidayah. 

Bukan serta merta ngebom gereja, itu gila namanya. Yg ditakutin itu ketika agama agama lain itu 'melawan' apa yg sudah dilakukan pada mereka. Yg berujung pada perpecahan, kalo udah pecah, gk ada lagi yg namanya Indonesia. Indonesia itu kayak pelangi yg indah kalo ada perbedaan. Indonesia dibangun dengan pondasi perbedaan, jika rakyat Indonesia disamakan agama suku ras budaya, dll, bukan Indonesia namanya. 

Perbedaan itu seharusnya dinikmati aja sebagai kekuatan Indonesia, bukan sebagai ancaman yg harus dimusnahkan. Seandainya semua orang berpikir bahwa perbedaan merupakan kekuatan, maka Indonesia akan hidup aman dan damai, bersatu dalam perbedaan, bukan saling memecah belah.

Jadi, kembali ke pertanyaan besarnya, siapa yang salah? Apakah bisa sepenuhnya menyalahkan pelaku?

Entahlah, gk ada jawaban pasti, setiap orang punya pendapat masing masing, yg penting itu saling mendoakan aja, doakan mereka yg menjadi korban agar ditempatkan disisi-Nya, doakan mereka para teroris supaya dapat hidayah, doakan masyarakat agar kuat menghadapi masalah ini dan tidak terpecah, doakan para penegak hukum kita agar segera mengatasi masalah ini, dan jangan lupa doakan negara tercinta ini agar kedepannya semakin baik dalam segala bidang, menjadi negara yg semakin maju, dan bisa menjadi negara yg aman dan nyaman bagi rakyat-rakyatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun