Mohon tunggu...
Syukron Albusta
Syukron Albusta Mohon Tunggu... Wiraswasta - www.dokterspiritual.blogspot.com

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. _Pramoedya Ananta Toer_

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Tentang Ideologi"

14 Juli 2018   21:20 Diperbarui: 14 Juli 2018   21:24 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tentang Ideologi

Ideologi semata-semata mengharapkan hasil dari sebuah tujuan, hanya saja pengetahuan tentang ideologi sering di salah artikan, pikiran biasanya tidak jauh dari objek ideologi, maka ketika ada objek yang dilihat, tekadang berbeda hasilnya saat tidak ada. Salah satu contoh andaikan saja seorang yang berjalan dengan tidak menggunakan alas kaki, maka hasil pikiran mengatakan bahwa alasan tidak menggunakan alas kaki disebabkan karena tidak mampu membelinya, namun berbeda ketika seseorang memakai alas kaki, manusia menghasilkan pikiran yang berbeda lagi.

Manusia terbiasa dipengaruhi oleh objek yang ada didepan matanya, dan ketergantungan ini menyebabkan manusia ingkar dengan sebuah kebenaran sehingga bertahan dengan kejumudan, tanpa mengakhirinya dengan peluang. Artinya memang manusia harus membuka mata dan menghasilka apa yang dilihatnya, tetapi ini juga tidak menjadi dasar penting. Karena orang tidak bisa melihat akan bisa mendatangkan ideologi dari hasil apa yang ada didepannya walaupun tidak bisa melihat.

Sekarang, coba lihat bagaimana ideologi ini mempengaruhi sebuah sistem, akan berbeda lagi hasil yang didapatkan. Pemerintah yang lagi menjalankan kekuasaanya kerap kali menjadi objek dengan berbagai macam masalah, adanya kebijakan ini dikarenakan pemerintah pro terhadapnya, dan ketika hal itu tidak ada, maka alasan lain lagi akan muncul. Ini sebuah contoh sebuah pemikiran yang dipengaruhi oleh ideologi.

Saya tidak memperdebatkan antara mana yang paling dahulu, antara objek dan pengalaman. Kedua-duanya memiliki argumentasinya masing-masing, objek tidak akan ada kalau tidak pernah dipikirkan oleh manusia, dan pengalaman juga mustahil ada tanpa adanya objek. Keduanya memang berkaitan dan selalu bertentangan jika dipertemukan.

Istilah ini sama dengan seekor anak Ayam dan sebutir Telor, mana yang paling dahulu? Iya, memang ini teka-teki anak-anak di sekolah dasar, tetapi pertanyaan ini juga bisa muncul lagi ketika seseorang dalam mencari kebenaran. Karena ayam dan dan telor memiliki kesamaan dalam sebuah objek yang dilihat, artinya sama-sama dari satu sumber. Karena ayam asalnya dari telor dan telor asalnya dari ayam. Memiliki sumber yang sama.

Disini betapa objek memiliki pengaruh besar, saat ayam yang dilihat maka seolah-olah ayam adalah lebih dahulu daripada telor, begitu juga sebaliknya. Coba saja dipikirkan bagaimana jika ayam tidak menghasilkan telor tentu pikiran yang lain akan datang, dan bahkan bagaimana ayam menghasilkan bukan telor? Apakah kesimpulannya juga tetap ayam dari telor?

 Kegemaran mencari kebenaran, dan benar itu sendiri jarang digemari, seiring berjalannya waktu, kebenaran itu tidak bisa didapatkan jika tidak dicari, hal yang paling sulit lagi mempertahankan kebenaran didepan orang yang tidak menggemari kebenaran, lihat saja dengan kasat mata sebuah kebenaran dipertontonkan, namun kebenaran ini tidak terlalu digemari. Mungkin saja kebenaran tidak menghasil untung baginya dibandingkan denga menelantarkan kebenaran itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun