beberapa waktu lalu, saya sempat ngobrol dengan pelaku pasar yang menyebutkan kalau setiap hari dia bisa membawa pulang sekitar 400Ribu. Bila kita kalikan 30 hari sebab pelaku pasar biasanya di hari libur pun tetap bekerja, maka pendapatan dia selama sebulan penuh sebesar 12juta. Tentu uang tersebut boleh dibilang cukup menggiurkan bila tinggal di daerah yang upah minimum regional (UMR) sekitar 2,4juta. Pendapatan dia 5 kali lipat dari pendapatan orang pada umumnya. Namun yang kemudian menarik di sini adalah, dia masih menyebut dirinya orang kekurangan. Hey, 12juta masih dianggap kurang? Fucek!
Di sinilah saya melihat bahwa selain bersyukur, orang ini punya masalah mindset ihwal bagaimana dia melihat uang. Bagi dia, uang berapapun yang didapat dari perdagangannya dirasa sama sekali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dia selama sebulan. Di lain sisi, dia pun punya problem serius ihwal tanggapannya soal uang. Di mana, dia melihat bahwa uang yang didapatkan bukan hanya tidak cukup, melainkan pula tidak bisa memenuhi hasrat dia. Saya mensinyalir, bila uang yang didapatkannya tersebut sebesar 12juta itu ludes bahkan sebelum berusia 30hari.
Saya kemudian melacak bagaimana orang ini, berlaku terhadap uang dan penglihatan dia tentang masa depan tentang uang. Hasilnya, cukup mengejutkan saya. Dengan pendapatan dia yang 12juta sebulan itu, dia memiliki tiga kendaraan roda dua dan beberapa waktu lalu, dia merehab rumahnya yang menurut dia masih kurang bagus. Nampaknya, di sinilah alasan mengapa uang tersebut dirasa selalu kurang. Dia punya masalah pengeluaran yang tak tanggung-tanggung. Di lain hari dia pernah curhat kalau dia punya hutang beberapa puluh juta. Saya yang pendapatan hanya 400ribu cuma senyum-senyum. Mana mungkin, seorang dengan pendapatan 12 juta sebulan, ngeluh soal uang ke orang yang pendapatannya cuma 400ribu? Bro, tidak gila kah semua itu
12juta sebulan itu setara dengan 144juta dalam setahun. Artinya, bahwa dalam setahun, seorang yang memiliki kekayaan sebesar tersebut seharusnya bersyukur, bukan malah sebaliknya, mengeluh. Lagi-lagi saya kemudian diajak untuk sadar bahwa kebahagiaan seseorang nyatanya tak selalu diukur dengan 12juta sebulan atau 144juta setahun, namun seberapa banyak kesyukuran yang bisa dia syukuri -
