Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyikapi Absurditas Media Sosial dengan Etika "Kucing"

17 Desember 2021   08:32 Diperbarui: 19 Desember 2021   09:17 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Etika "kucing" adalah apa yang kita harapkan akan terjadi di media sosial | Ilustrasi oleh Erik Lucatero via Pixabay

Pahlawan kekinian bukanlah orang yang menerima wangsit tertentu atau unjuk retorika di tengah simposium. Pahlawan yang kita butuhkan sekarang ini adalah mereka yang tetap melibatkan diri dalam absurditas media sosial dan "melampauinya".

Mereka tidak lantas pergi dan meninggalkan sesamanya yang terjebak dalam kegelapan. Mereka memasuki kegelapan itu dengan penuh kesadaran seraya menguraikan makna yang mendalam, sebab hanya dengan demikianlah mereka memiliki arete (keutamaan).

Bagi Plato, arete pertama-tama merujuk pada ciri khas yang berkaitan dengan fungsi optimal suatu hal. Ketika seseorang atau suatu hal memiliki arete, maka pada dirinya, dia mewujud secara optimal dalam karakter khasnya.

Seekor kuda disebut memiliki arte manakala dia bisa berlari dengan cepat. Sebuah telinga memenuhi arete-nya ketika dia berfungsi dengan baik, yaitu bisa mendengar.

Arete seorang hakim adalah ketika dia mampu memilah dan memutuskan secara adil tentang mana yang benar antara argumentasi penuduh atau yang tertuduh.

Arete atau keutamaan di media sosial dapat saya gambarkan dalam sebuah konsepsi yang saya sebut etika "kucing". Karenanya, mari kita lanjutkan dengan membandingkan antara anjing dan kucing.

Anjing itu tidak datang ke manusia purba memohon untuk tinggal bersama kita; kitalah yang menjinakkan mereka. Mereka dibesarkan untuk menjadi sosok yang penurut. Mereka mengikuti banyak pelatihan dan karenanya mudah diprediksi.

Mereka bekerja untuk kita, contohnya di kepolisian, kita bisa menemukan anjing-anjing pengendus jejak yang ganas, atau anjing penjaga rumah yang akan menggonggong keras ketika mantan Anda datang ke rumah. Intinya, anjing itu begitu setia dan bisa diandalkan.

Kucing itu berbeda. Kucing datang dan hanya sebagian yang menjinakkan diri mereka sendiri. Mereka nyaris tidak bisa diprediksi.

Konten populer tentang anjing cenderung memamerkan betapa penurutnya mereka, sedangkan konten populer tentang kucing adalah konten yang menangkap perilaku mengejutkan mereka.

Kucing itu pintar, tetapi bukan pilihan yang tepat jika kita menginginkan hewan yang penurut dan bisa dilatih dengan andal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun