Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Keajaiban dari Menjalani Hidup sebagai "Pemula"

8 November 2021   08:00 Diperbarui: 13 November 2021   18:15 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idenya bukan kembali menjadi pemula, melainkan senantiasa membawa "semangat pemula" ke dalam berbagai hal | Ilustrasi oleh Rainer Maiores via Pixabay

Semangat pemula berarti meninggalkan ego kita di depan pintu dan memasuki ruang pembelajaran dengan rendah hati. Ini menghilangkan prasangka tentang sesuatu dan mendekatinya dengan penuh keinginan serta keterbukaan.

Kita menjadi lebih antusias, bukan hanya untuk belajar sesuatu yang baru, tetapi juga untuk memperdalam sesuatu yang selama ini dirasa kita kuasai. Pemahaman bahwa di sana selalu ada ruang kosong untuk lebih banyak pembelajaran adalah sesuatu yang sangat mahal. Sungguh.

Saya tidak pernah berhenti "bereksperimen" dengan ukulele saya, tidak peduli orang-orang mengatakan saya tidak ditakdirkan untuk itu. Mereka hanya melihat saya beralih dari chord ke chord lain tanpa nyanyian seperti seorang culun yang belum juga menguasainya.

Mereka tidak tahu bahwa saya sedang berusaha menguasainya lebih dari yang disangka siapa pun.

Kadang-kadang saya menulis cerita anak-anak dan mengisahkannya kepada siapa pun yang tertarik mendengarkannya. Mereka pikir saya tidak pernah tumbuh dewasa, padahal saya telah menemukan keindahan dari banyak hal yang orang-orang dewasa anggap kikuk.

Ketika kita memandang segala sesuatunya selalu tampak baru, semesta akan menyediakan lebih banyak ruang kepada kita untuk belajar tanpa merasa tertekan oleh apa-apa yang agak-agaknya mengungkung kita.

Anak-anak, dalam arti yang sangat nyata, memiliki semangat pemula yang murni, terbuka pada kemungkinan yang lebih luas, dan bersedia untuk "berlari kembali di kala beberapa kerikil menjatuhkannya".

Mereka melihat dunia dengan mata yang lebih segar, kurang terbebani dengan prasangka dan pengalaman masa lalu, serta jarang dipandu oleh apa yang mereka ketahui sebagai "kebenaran yang mapan". Mereka bertindak dengan penuh percobaan.

Jika kita perhatikan, mereka juga lebih cenderung untuk mengambil detail yang mungkin dibuang orang dewasa sebagai sesuatu yang sepele.

Karena anak-anak tidak terlalu peduli untuk menjadi salah atau terlihat bodoh, mereka sering mengajukan pertanyaan yang tidak akan ditanyakan orang dewasa. Dan "jalan menuju kebijaksanaan ditempuh melalui pertanyaan-pertanyaan bagus", tutur Socrates.

Mungkin karena itulah anak-anak lebih mudah bahagia daripada orang-orang dewasa: mereka menemukan apa-apa yang tidak ditemukan orang dewasa lewat "semangat pemulanya", yaitu keajaiban hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun