Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merefleksikan Hidup dengan Menulis

23 Oktober 2021   07:57 Diperbarui: 23 Oktober 2021   08:04 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis adalah cara untuk menggandakan keindahan hidup | Ilustrasi oleh Free-Photos via Pixabay

Tetapi memang persis itulah masalahnya: mereka tidak tahu caranya "menjadi anak kecil" (kembali) untuk merasa bodoh dengan dunia dan membiarkan diri ditarik oleh keindahan hidup bersama antusiasme yang lembut nan menghangatkan.

Menulis adalah selimut kehidupan ketika segala sesuatunya membuat Anda kedinginan. "Aku bisa melepaskan segalanya saat aku menulis; kesedihanku hilang, keberanianku terlahir kembali," urai Anne Frank.

Menulis itu menyembuhkan jika kita benar-benar mengerti tentang hakikatnya. Menulis juga termasuk kegiatan aneh: kita selalu berhadapan dengan kertas kosong (atau layar kosong), dan biasanya selembar kertas itulah yang menang.

Sekali lagi memang itulah persisnya keajaiban menulis: tidak semua orang menyukainya, tapi semua orang membutuhkannya.

Dalam kata-kata Neil Gaiman, "Beginilah cara Anda melakukannya: Anda duduk di depan mesin tik dan Anda meletakkan kata demi kata sampai selesai. Semudah itu, dan sesulit itu."

Dan tidak pelik lagi bahwa momen paling menakutkan dalam menulis biasanya terjadi tepat sebelum Anda memulai. Ketika Anda menaruh kata pertama di sana, percayalah Anda selalu tahu apa yang semestinya menjadi kata kedua.

Itu menyengsarakan dan membuat Anda berpeluh dingin. Hanya saja ironisnya, memang di situlah keasyikannya: permulaan dari kepuasan batin yang tiada tara seperti Anda menjumpai oase di tengah teriknya padang Sahara.

Kita tidak perlu menetapkan tenggat waktu untuk menulis catatan pribadi. Saya menjadikannya sebagai refleksi keseharian yang berarti saya lebih banyak berdiri di atas kehidupan daripada duduk bersama buku kecil dan sebuah pena.

Banyak penulis yang yakin bahwa produktivitas menulis berpengaruh dalam meningkatkan kualitas tulisan. Mungkin itu benar, tapi saya tidak ingin terlalu sering menghabiskan waktu keseharian saya untuk menulis.

Bukan berarti saya ingin melahirkan tulisan sempurna dengan mengerjakannya dalam waktu lama, bahkan jika istilah "tulisan sempurna" benar-benar ada.

Tidak, saya lebih suka menjadikan tulisan sebagai sarana untuk merefleksikan kehidupan; sesuatu yang saya lakukan ketika saya mengalami keindahan di luar sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun