Mengkritik diri sendiri berarti Anda sangat peduli terhadap tahap-tahap kecil dalam perjalanan Anda menuju puncak pengembangan diri.
Jika Anda melewatkan bagian ini dan langsung melompat menuju puncak atas dasar ego dan ketergesa-gesaan, saya khawatir Anda malah terjatuh hingga harus memulainya kembali dari dasar.
7. Membangun improvisasi
Bayangkan Anda selesai berperang dan menemukan satu strategi yang ternyata tidak efektif. Apa yang akan Anda lakukan? Mencari strategi baru atau sekurang-kurangnya mengimprovisasi strategi lama agar menjadi lebih efektif.
Itulah gambaran kecil ketika Anda menemukan satu celah dalam diri Anda: jika Anda tidak menjadi kreatif, setidak-tidaknya Anda membangun kemampuan berimprovisasi. Lewat keterampilan semacam itu, Anda melihat sesuatu yang akrab menjadi terkesan asing. Itu bagus untuk jiwa kritis Anda.
Bagaimana cara mengkritik diri sendiri?
Mengkritik diri sendiri tidak semudah membersihkan sampah yang berserakan di rumah Anda. Dalam kasus mengkritik, kita akan cukup kesulitan untuk menemukan sampah itu. Dan karenanya mengkritik diri sendiri itu ada seninya. Bagaimana?
1. Tetapkan standar keberhasilan
Anda tidak berhak mengkritik sebuah lukisan jika Anda tidak mengerti nilai estetika dan nilai praktis lukisan. Intinya Anda tidak berhak mengkritik sesuatu yang sama sekali tidak Anda pahami.
Hukum yang sama juga berlaku dalam mengkritik diri sendiri. Bagaimana Anda bisa bersikap kritis jika Anda sendiri tidak tahu seberapa berhasilnya jerih payah Anda? Itulah mengapa patokan standar keberhasilan perlu ditancapkan sebelum bertempur.
Atau kalau Anda seorang guru, sebelum memeriksa jawaban murid-murid, pasti Anda sudah tahu apa jawaban yang benar.Â
Begitu pula dalam konteks mengkritik: sebelum menilai diri sendiri, setidaknya Anda mesti tahu apa yang benar atau apa maksimal dari sebuah perjuangan.
Dan kemudian, lihatlah sejauh mana Anda mencapainya. (Saya sering menilainya dengan angka, misalnya bernilai 7 dari 10, lalu mendeskripsikannya: apa yang menjadikannya bernilai 7 dan mengapa tidak 10).
2. Mengejar kesempurnaan sebagai proses
Mengharapkan hasil yang sempurna adalah bumerang dan jawaban mutlak untuk kekecewaan. Tetapi mengejar kesempurnaan sebagai proses adalah penumpahan keringat yang tidak mudah lelah dan memaksimalkan jerih payah.