Begitulah keterampilan mengkritik diri sendiri menampilkan pesona sihirnya. Ia tidak muncul di awal pertempuran (meskipun itu juga tidak apa-apa kalau Anda menyukainya), melainkan saat pertempuran telah berakhir sebagai bentuk evaluasi diri.
Selain peranannya sebagai bentuk evaluasi atau cermin pembelajaran, keterampilan mengkritik diri sendiri juga mesti memerhatikan keseimbangan antara afirmasi dan kritik agar tidak berujung pada dampak negatif.
Maksudnya, proporsi antara menghargai (afirmasi) dan penampikan (kritik) sebisa mungkin berada dalam takaran adil dan seimbang.
Jika terlalu banyak kritik, Anda hanya akan mendapatkan diri Anda menjadi lebih pesimistis daripada sebelumnya. Dan jika terlalu banyak penghargaan, Anda melemahkan diri sendiri seperti seorang pesulap yang memperdaya dirinya sendiri.
Ini seperti sebuah skandal ketika Anda berkata, "Saya benar-benar buruk!" atau, "Saya sungguh cemerlang!"Â Kenyataannya, tidak ada jerih payah yang murni sempurna atau murni cacat. Apa pun yang Anda perjuangkan, hasilnya akan selalu seperti dua sisi mata uang koin.
Jadi andai kata Anda tidak bisa menggali salah satu sisi (kelebihan atau kelemahan), Anda perlu mengambil jeda dan mengambil jarak dari pikiran Anda sendiri agar penilaian dapat berjalan lebih jernih tanpa bayang-bayang kesemrawutan.
Mengapa ini penting?
Sejauh ini, ada dua poin inti yang telah saya sampaikan bahwa mengkritik diri sendiri berarti mengevaluasi hasil jerih payah yang sudah ditumpahkan dan pelaksanaannya mesti dalam porsi yang seimbang antara afirmasi dan kritik.
Lebih jauh dari itu, sekurang-kurangnya ada 7 poin yang membuat keterampilan mengkritik diri sendiri begitu penting.
1. Bentuk kecintaan terhadap diri sendiri
Mengkritik sesuatu itu cukup menguras waktu dan tenaga. Anda membutuhkan kemampuan berempati yang mencukupi serta kerendahan hati untuk menemukan solusi penambal masalah. Jika Anda keluar dari dua konteks tersebut, kemungkinannya Anda beralih pada tindakan menghina.
Maka untuk bisa mengkritik sesuatu dengan sungguh-sungguh, diperlukan rasa cinta yang tanpa syarat serta kepedulian yang tak terukur. Dan ketika Anda menuangkan kritik tersebut pada diri sendiri, tidak salah lagi, itu adalah bukti kecintaan Anda terhadap diri sendiri.
Ingat kembali bahwa keputusan seseorang untuk mengkritik sesuatu adalah karena keinginannya agar sesuatu itu memperbaiki dirinya. Jadi ketika Anda melapangkan dada untuk mengkritik diri sendiri, Anda sedang membuka pintu pengembangan diri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!