Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Luaskan Pandangan Anda, Hidup Ini "3 Dimensi"

7 Juli 2021   10:39 Diperbarui: 13 Juli 2021   01:32 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karena hidup tidak hanya panjang dan lebar | Ilustrasi oleh Kalhh via Pixabay

Pertama, penderitaan; saya tidak menyangkal itu. Dia punya pengaruh yang cukup besar dalam hidup saya, terutama dalam banyak tawa saya. Tetapi karena hidup ini berupa tiga dimensi, saya tidak boleh berhenti pada satu penilaian dan satu pandangan.

Kedua, satu beban terlepas dengan sendirinya. Meskipun terdengar kejam, tapi begitulah kondisi ini menampakkan dirinya. Sekarang saya tidak perlu lagi mencurahkan waktu khusus untuk mengabarinya, atau memedulikannya.

Dan itu berarti yang ketiga, saya bisa memedulikan diri saya sendiri dan menciptakan kebahagiaan baru tanpanya. Keempat, saya berhadapan dengan siklus abadi kehidupan dunia: pertemuan dan perpisahan.

Bahkan masih ada poin kelima, keenam, hingga kesepuluh. Tetapi maksud saya di sini adalah, Anda punya kesempatan yang sama untuk mengadili suatu perkara.

Masalah terbesarnya, tidak semua orang punya kemauan untuk menjadi "hakim" atas dirinya sendiri. Mereka terlanjur tenggelam dalam ratapannya yang dipenuhi air mata, hingga pikiran waras mereka mulai memudar seiring napas yang semakin menyesak.

Saya tahu. Adalah tidak mudah untuk melakukan peran ganda semacam itu (terdakwa sekaligus hakim). Tetapi begitulah kehidupan adanya. Dan dengan cara begitu, kita tidak lagi membiarkan kehidupan mengendalikan kita, melainkan kitalah sang nakhodanya.

Berempati

Empati sering menjadi akar dari kepemimpinan yang hebat, dan ketidakhadirannya sering menjadi akar tragedi. Dan karena peranannya yang cukup vital, berempati itu tidak mudah.

Dibutuhkan waktu untuk benar-benar mencoba melihat sesuatu dari sudut pandang mereka dan memahaminya. Ini memerlukan kesabaran ketika kita yakin mereka salah. Dan itu menuntut kerendahan hati agar kita bisa saling menoleransi pihak oposisi.

Yang penting, empati tidak memerlukan persetujuan atau penerimaan semua orang. Kita mungkin perlu memahami seseorang secara mendalam, tetapi tidak selamanya kita mesti merangkul, ada kalanya kita mesti melawan demi tegaknya kebaikan itu sendiri.

Jika hidup memang berwujud tiga dimensi (punya banyak titik untuk diamati), kita sepatutnya mampu menempatkan diri kita sejenak untuk berada pada posisi pihak lain, (hanya) agar peranan kita sebagai "hakim" tidak berjalan keliru (seperti yang banyak dilakukan hakim-hakim di meja pengadilan).

Bersikap elastis

Dengan asumsi yang sama, maka kebijaksanaan kita akan cukup bergantung pada tingkat elastisitas kita dalam menyikapi berbagai problematika kehidupan. Maksudnya, kita harus sudi melepaskan kebenaran lama seandainya kebenaran baru muncul ke permukaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun