Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadilah Orang Awam yang Baik!

14 Juni 2021   14:37 Diperbarui: 14 Juni 2021   14:47 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi orang awam itu tidak bisa sembarangan | Ilustrasi oleh Sabrina Eickhoff via Pixabay

Pijakan pertama untuk menjadi orang awam yang baik adalah menyadari batasan pengetahuan kita. Kesadaran ini datang sebagai wujud kerendahan hati dalam mengakui batasan kita sebagai manusia.

Dalam kata-kata Socrates, "Orang yang paling bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa dia tidak tahu."

Kemampuan inilah yang pada akhirnya mencegah kita untuk menjadi sok tahu. Mereka yang mengakui ketidaktahuannya cenderung diam ketika berhadapan dengan sesuatu yang tidak dipahaminya.

Orang-orang semacam ini akan berkata dengan secukup-cukupnya, sebab mereka sendiri sadar betul di mana letak batasannya. Mereka tidak melampaui batas, mereka hanya memaksimalkan apa yang belum terbatas.

Pengakuan akan ketidaktahuan juga berarti bersikap terbuka pada segala pengetahuan. Ketika saya tidak tahu apa-apa soal permesinan, tentu saya mesti terbuka dengan apa yang dikatakan seorang teknisi mesin.

Keterbukaan inilah yang kemudian membedakan antara orang tidak tahu dengan orang bodoh.

Tidak tahu itu bukan bodoh, tapi belum tahu. Tapi dapat disebut bodoh jika dia tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Percaya pada ahli dan percaya sementara pada sesama awam

Katakanlah Anda sedang sakit dan pergi ke dokter. Kemudian Anda diberi resep obat, tetapi Anda bukan seorang ahli di ilmu kedokteran. Apakah Anda harus percaya dengan resep obat itu? Tentu, sebab dokter itu memang ahli di bidangnya.

Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa sebagai orang awam, kita bisa mendapatkan petunjuk dari mereka yang memang ahlinya. Tetapi lain persoalan kalau yang berpendapat juga sesama orang awam seperti kita. Apa yang sebaiknya dilakukan?

Saran saya, anggukkan saja kepala Anda dan tahan untuk membantah. Meskipun Anda sangat meragukan pendapatnya, mungkin dia juga benar pada satu titik.

Jadi daripada menimbulkan konflik dan perdebatan yang memanas, tunda kesimpulan dan Anda dapat merenungkannya di lain waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun