Barangkali salah satu ban mobil sedikit kempes. Atau oli yang kering. Atau rem yang tidak begitu baik. Atau ... apa pun yang mungkin menghambat perjalanan Anda diusahakan telah diperiksa sebelum berangkat.
Dalam hal keluar dari zona nyaman, Anda dapat melakukan hal yang serupa yaitu dengan membayangkan skenario terburuk yang mungkin menghambat langkah Anda.
Jika saya ingin mulai menulis di Kompasiana, saya akan membayangkan bagian terburuknya, seperti minim pembaca, miskin apresiasi, tidak mendapatkan label Pilihan, dikritik karena ada yang merasa tersinggung, melanggar ketentuan tanpa disadari, dam semacamnya.
Mungkin akan cukup menyebalkan untuk membayangkan semua itu. Tapi kabar baiknya, saya menjadi lebih siap untuk menghadapi kenyataan.
Seandainya semua bayangan buruk itu benar-benar terjadi, saya tidak lagi terkejut. Dan malah, semua itu memenuhi "ekspektasi" saya. Bukankah itu bagus? Sedikit ironis, memang.
Tapi pikirkanlah sekarang. Meskipun kesannya pesimisme, ini bukan berarti Anda membentuk pribadi yang lemah. Tidak, tapi justru ini merupakan bagian dari pembentukan kekuatan dengan sengaja.
Inilah seni dari berpikir negatif; momen ketika Anda dengan sengaja berpikir negatif demi pemetaan "perjalanan" Anda.
Musibah terasa lebih berat jika datang tanpa disangka, dan selalu terasa lebih menyakitkan. -- Seneca
6. Menjadi berani
Jadi, Anda siap? Ya, silakan melangkah dengan leluasa (karena Anda telah membekali diri dengan prinsip-prinsip di poin sebelumnya).
Saya tekankan kata "leluasa" karena begitu banyaknya dari kita yang masih ketakutan dalam melangkah. Tidak peduli seberapa tajamnya gergaji mereka, tetap saja mereka takut untuk mulai menebang pohon.
Solusinya bisa jadi sederhana: cukup untuk menjadi berani. Meskipun kesannya sepele, saya tidak ingin melewatkan poin pentingnya bahwa menjadi berani berarti tetap melakukan di samping rasa takut.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!