Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mode Pesawat: Sebuah Seni untuk Tidak Melakukan Apa-Apa

1 Mei 2021   06:00 Diperbarui: 1 Mei 2021   13:32 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak melakukan apa-apa adalah momen ketika Anda sadar dan memilih untuk hanya berdiam diri di sana | Ilustrasi oleh Jerzy Gorecki via Pixabay

Namun, saya tidak benar-benar melakukan apa pun yang seharusnya saya lakukan. Alhasil beban kewajiban semakin besar dan kualitas produktivitas saya menurun.

Semua dikarenakan saya tidak mengizinkan diri sendiri untuk beristirahat dengan tulus dan tidak melakukan apa-apa.

Budaya kita juga menyamakan kesibukan dengan status tinggi dan kebajikan moral. Bermalas-malasan dan bersantai tanpa ponsel, berbincang, mendengarkan podcast, atau membaca buku menjadi sinyal kepada dunia bahwa kita tidak seberharga mereka yang sibuk dengan pekerjaannya.

Tetapi, menyetujui mitos-mitos ini dapat mengikis kenyamanan diri sendiri dan kualitas hidup secara keseluruhan. Kita harus melawan paradigma ini dan menentangnya.

Mengapa?

Karena hidup butuh penyeimbang.

Seni "tidak melakukan apa-apa"

Cukup sulit untuk mendefinisikan apa itu "tidak melakukan apa-apa" karena kita selalu melakukan sesuatu, bahkan ketika kita sedang terlelap.

Seorang psikolog, Doreen Dodgen-Magee, mengibaratkan "tidak melakukan apa-apa" dengan mobil yang mesinnya menyala tetapi tidak ke mana-mana.

Saya sendiri menyebut "tidak melakukan apa-apa" ini dengan Mode Pesawat.

Sederhananya, tidak melakukan apa-apa (Mode Pesawat) adalah momen ketika Anda sadar dan memilih untuk hanya berdiam diri di sana, mungkin sembari memandang ke luar jendela, atau meresapi hembusan angin di bawah pepohonan.

Masyarakat awam mungkin menyebut aktivitas semacam itu sebagai "kemalasan". Namun, perlu digarisbawahi bahwa keyakinan semacam itu tidak masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun