Argumen yang samar-samar sering merayap pada dimensi fundamental kehidupan. Kita cukup sering melihatnya dalam kampanye politik.
X pandai menghasilkan uang; pemerintah perlu menghasilkan uang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; maka, X akan pandai dalam menjalankan pemerintahan.
(Ya, sekarang kita tahu mengapa orang-orang kaya cenderung punya kekuatan untuk masuk ke ranah politik.)
Kita melakukan kesalahan dalam berlogika sepanjang waktu. Dan sering kali dengan cara halus yang tidak kita sadari. Hal tersebut dapat berpengaruh pada keputusan yang kita ambil dan terkadang berkaitan dengan keyakinan penting yang memiliki konsekuensi hidup atau mati.
Kesalahan berlogika ini menyebabkan kita membuat keputusan yang bodoh, baik tentang kehidupan sosial kita, hubungan kita, karier kita; hampir segalanya.
Bahkan yang terburuknya, cacat logika bisa menjerumuskan seseorang ke dalam radikalisme dan terorisme.
Masalahnya, kita jarang diajari bagaimana sebenarnya metode berpikir atau memecahkan masalah di sekolah. Sebaliknya, kita diajari cara menyalin dan menghafal sesuatu (dan kemudian segera melupakannya).
Ini sangat tidak cocok untuk kita menghadapi kehidupan yang kompleks seperti sekarang. Di era informasi yang begitu mudah, kita justru malah terjebak dalam disinformasi. Kita perlu menyesuaikan pembelajaran dan mulai pelan-pelan melepaskan metode kuno.
4. Skeptisisme
Hidup kita dipenuhi dengan ketidakpastian. Barangkali satu-satunya kepastian adalah, bahwa hidup ini penuh ketidakpastian. Bahkan, apa yang kita anggap pasti sering kali hanyalah bukti bahwa kita berhenti mencari.
Skeptisisme akan membantu kita untuk tidak terjebak dalam dogmatisme. Skeptisisme itu sendiri mengacu pada sikap filosofis dan sikap keraguan terhadap kebenaran dan keyakinan yang dianut secara umum. Ini adalah apa yang mungkin Anda sebut sebagai penangguhan keyakinan.
Ketika saya percaya bahwa A itu benar, jika saya bersikap skeptis, bukan berarti saya jadi percaya bahwa A itu salah. Justru, saya akan memeriksa alternatif lain: apakah B juga sama benarnya; apakah C malah lebih benar; mengapa non-A adalah keliru; dan seterusnya.