Meskipun hal tersebut bagus, tapi tidaklah cukup. Kita harus mulai menyisihkan waktu untuk merenungkan ayat-ayat tersebut. Salat pun tidak sekadar dilaksanakan, tapi dipahami makna dari setiap gerakan dan bacaannya.
Karena itulah harta karunnya. Sekadar membaca dan melakukan adalah kebiasaan pada tingkatan anak-anak. Mereka masih belum mampu untuk menggali harta karun tersebut. Jadi, berapa umur Anda?
Nama lain dari Al-Qur'an adalah Al-Hudaa, yang artinya petunjuk, panduan yang mencerahkan manusia dalam menjalani kehidupan. Jika Anda hanya sekadar membaca dan tidak mengerti apa makna ayat tersebut, Anda telah melewatkan fungsi fundamental dari Al-Qur'an.
Maka jika Ramadan memberi ruang untuk kita banyak mengaji, kita diberi kesempatan besar untuk mengobati jiwa yang lelah. Sungguh, kita sedang kelelahan.
Hargai teknologi, lalu hentikanlah
Karena bulan Ramadan mengajak kita untuk merenung dan mengevaluasi diri, maka inilah saatnya untuk kita beristirahat dari segala aktivitas yang mengacaukan kehidupan sehari-hari kita sebelumnya.
Dan teknologi banyak menjadi sumber utama kegelisahan kita.
Bukan berarti kita harus melumpuhkan aktivitas kita terkait teknologi, tapi kita harus menggunakannya dengan bijak dan secukupnya. Bahkan ini tidak hanya berlaku di bulan Ramadan. Tapi karena banyak kegiatan spiritual di sini, kita mendapatkan momentumnya.
Gunakan WhatsApp Anda untuk tetap terhubung dengan teman dan keluarga, dapatkan berita yang berkualitas dari internet dan/atau televisi, gunakan ponsel untuk mendengarkan murrotal Al-Qur'an.
Dan ketika kebutuhan dasar telah terpenuhi, segera tarik diri Anda dan luangkan waktu ekstra untuk menjalin hubungan dengan Sang Maha Pengasih.
"... Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (Surah Ar-Ra'd ayat 28)
Meningkatkan kesadaran diri
Ketika kita membatasi asupan makanan dan minuman, kepekaan indra kita meningkat. Ini memungkinkan kita untuk lebih terhubung dengan diri kita sendiri, mulai dari ucapan, pikiran, hingga gagasan kita.