Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Bintang Berekor

2 April 2021   15:40 Diperbarui: 8 April 2021   01:00 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dia juga indah karena kemunculannya yang langka | Ilustrasi oleh urikyo33 via Pixabay

Bumi, 2061

Tak pernah dikira bahwa kesunyian kutub lebih menakutkan ketimbang udara dinginnya. Meskipun kulit terasa dihujani jarum-jarum kasat mata, tapi kesunyian adalah peluru yang merobek hati.

Ayya menggosokkan kedua telapak tangannya untuk mencari sedikit kehangatan. Sepasang sarung tangan tidaklah cukup. Begitu pun api unggun setinggi jerapah yang lama-kelamaan menyusut menjadi lilin kecil.

Dalam kesibukannya mencari kehangatan, Ayya melantunkan senandung merdunya untuk membunuh kesunyian kutub.

I see skies of blue
And clouds of white
The bright blessed day
The dark sacred night
And I think to myself
What a wonderful world

Begitulah Ayya merasuki lirik lagu favoritnya, What a Wonderful World milik Louis Armstrong.

Agathias yang menikmati begitu terpincut untuk ikut bernyanyi bersama putrinya. Dan kemudian dia berkata, "Sungguh mengagumkan dari caramu memilih lagu di tengah Kutub Utara yang sepi."

"Aku yakin sebuah bisikan yang lindap membuatku otomatis menyanyikannya," jawab Ayya.

"Mungkinkah itu bisikan Ibu?" tanya Agathias sembari merangkul Ayya yang sedang duduk di sampingnya. Tangannya mengusap rambut yang basah, beberapa butiran salju meleleh di banyak helaian.

"Sebuah lagu indah pasti disarankan oleh jiwa yang cantik." Ayya merekahkan senyum monalisa.

"Lihatlah debu-debu angkasa itu. Di balik buramnya langit malam yang gulita, bebatuan asteroid berkelana mengelilingi angkasa, bahkan beberapa di antaranya harus berbenturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun