Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Antreas

9 Maret 2021   07:50 Diperbarui: 9 Maret 2021   07:53 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita mendapatkan kepuasan diri yang menyedihkan | Ilustrasi oleh Kevin Schmid via Pixabay

"Umat manusia tak bisa mempertahankan apa pun. Kami meninggalkan semuanya tanpa sisa."

"Kalau begitu, aku mohon pada kau, para saudaraku, gunakanlah senjata paling mutakhir kita yang sudah sangat berdebu," pinta Antreas.

"Apa itu?"

"Hati dan pikiran! Berimanlah dengan hatimu bahwa Tuhan Maha Pengampun. Gunakanlah pikiranmu untuk mencari cara yang etis dalam memohon ampunan kepada-Nya. Waktu kita sedang mendekati akhir. Terlambat satu detik saja, kita tak ada bedanya seperti batu-batu yang melebur menjadi pasir!"

Kesunyian mencekik beberapa saat hingga akhirnya mereka bersimpang-siur seperti mencari sesuatu yang amat-penting. Pernahkah datang seorang penolong seperti ini di masa yang lalu?

"Dosa-dosa telah ikut mendidih bersama darah-darah kita. Tapi hati selalu melolong akan kerinduannya menuju surga. Di manakah sang kilat akan menjilat lidah kita? Maka carilah kegilaan dalam dirimu yang mana mesti kau bersihkan segera!"

Muhammad Andi Firmansyah, di sudut tak terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun