Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Antreas

9 Maret 2021   07:50 Diperbarui: 9 Maret 2021   07:53 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita mendapatkan kepuasan diri yang menyedihkan | Ilustrasi oleh Kevin Schmid via Pixabay

"Lantas, mengapa kalian berdiri di sini tanpa asa? Mengapa kalian begitu takut dengan akhir cerita dari hidup ini? Bumi memang sudah sangat tua. Ia menangis sepanjang waktu sebab manusia bertingkah tanpa tahu berterima kasih."

Derap suara mereka terdengar senyap di telinga Antreas. Di teriknya sang surya, keringat mengalir bagaikan air Niagara. Antreas melanjutkan khotbahnya:

"Dan di masa yang kelam ini, dapatkah kalian memikirkan apa gunanya dari semua yang telah manusia lakukan? Gedung-gedung tinggi hingga gedung-gedung pencakar bumi meleleh begitu saja secara tak masuk akal. Kelangkaan energi fosil telah menimbulkan perang di mana-mana. Bukankah itu bagus? Biarlah umat manusia merindukan perdamaian dan kesejahteraan."

Semua yang mendengar merasa terhina seperti dituduh. Mereka laksana para pembenci kehidupan, yang membusuk dan beracun bersama layunya daun-daun. Karena merekalah dunia ini kelelahan, maka selayaknya manusia diusir!

"Bukankah jiwa kita penuh kemiskinan sekarang ini?" lanjut Antreas. "Kita adalah polusi! Kita mendapatkan kepuasan diri yang menyedihkan. Jiwa ini sendiri pun kurus, menakutkan, kelaparan. Dan kekejaman telah menjadi pesona jiwa!"

"Kami bersaksi bahwa hari akhir benar-benar akan datang!" seru seorang remaja kurus lagi kering.

"Berhati-hatilah, manusia," khotbah Antreas, "sebab kita sudah mulai kesepian di tengah samudera. Jika kita tidak segera kembali kepada-Nya, celakalah kita! Bara-bara panas di dalam neraka sedang bergejolak menunggu kita. Beruntungnya, surga pun masih sangat lapang untuk kita tinggali."

"Beri petunjuk kepada kami, wahai Tuan kaisar!"

"Duh, manusia! Aku bukan seorang penyelamat atau seorang nabi. Uruslah dirimu sendiri, sebab masalahnya ada pada dirimu sendiri!"

"Bagaimana Tuhan akan mengampuni kami?" tanya beberapa dari mereka.

"Hubungilah Tuhan dengan ponsel-ponsel yang kalian banggakan itu!" jawab Antreas beriringan tawa bak sebuah guntur di langit kelabu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun