Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Inilah Self Reward Terbaik bagi Raga dan Jiwa

6 Maret 2021   08:59 Diperbarui: 6 Maret 2021   09:03 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berkontemplasi layaknya laporan keuangan dari sebuah perusahaan | Ilustrasi oleh Cocoparisienne via Pixabay

Sejak jauh hari, saya telah mengenal istilah "self reward". Dan saya menerapkannya. Setiap kali sebuah tugas selesai dikerjakan, saya akan menghabiskan waktu 45 menit untuk bermain game dan kemudian melanjutkan tugas yang tersisa. Saya terjebak dalam pemikiran ini hingga saya menyadari bahwa semua ini tidak efektif.

Saya menjadi begitu terburu-buru untuk mengerjakan tugas hanya karena menanti sebuah reward dari diri sendiri. Dan karenanya tugas yang saya selesaikan menjadi kacau, bahkan terkadang saya tak sadar dengan apa yang saya lakukan.

Di pikiran hanya bercokol angan-angan layar televisi yang menayangkan seorang prajurit gagah nan berani menantang para musuhnya sekalipun dia seorang diri. Lalu terngiang-ngiang suara tembakan sniper yang membuat saya tergerak otomatis untuk menulis "Doorr..!!" di buku tugas.

Saya coba mengganti self reward itu dengan membuka media sosial selama 20 menit. Hasilnya, lebih kacau! Saya malah menjadi candu dan tak mau beralih ke tugas berikutnya.

Pemikiran yang delusional tentang self reward telah mendorong saya untuk masuk ke dalam sebuah labirin tak berujung. Bukannya membantu, malah menjerumuskan saya menuju jalan buntu.

Pada hari yang menjenuhkan, saya berkontemplasi. Apa yang salah? Apakah self reward hanyalah permen kapas yang ditawarkan seorang iblis? Atau sayalah si iblis itu?

Tapi itulah jawabannya: berkontemplasi adalah solusinya!

Tidak ada yang salah dengan self reward. Tetapi kitalah yang sering menyalahgunakannya. Self reward berupa materi (seperti yang saya alami pada awal-awal) hanya memancing naluri alamiah kita untuk menjadi candu terhadapnya.

Dengan kata lain, self reward bukan sekadar penghargaan dari diri sendiri ketika Anda baru saja menyelesaikan sebuah pekerjaan yang melelahkan. Ini tidak terjadi ketika Anda stres menjalani pekerjaan dan lalu menyempatkan diri untuk berkencan saat sebenarnya Anda belum menyelesaikan apa pun.

Self reward bukanlah sebuah alasan untuk Anda melarikan diri dari kehidupan yang melelahkan. Ini adalah sebuah peristirahatan untuk mengisi bahan bakar sebelum Anda berjuang lebih keras lagi.

Dalam sudut filosofis, self reward bukanlah 5 sendok gula pasir yang Anda tambahkan pada segelas kopi pahit Anda. Self reward adalah sepotong biskuit ketika Anda sedang menikmati segelas teh manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun