Sekolah masih dilakukan secara daring dan saya tak pernah menyalahkan apa pun atau siapa pun. Dan justru, menikmatinya.
Saya harus jujur, (bagi saya) tak pernah ada waktu terbaik untuk bisa mengembangkan diri secara leluasa selain di masa pandemi. Setidaknya sejauh ini, saya diberikan waktu luang lebih banyak dibandingkan masa-masa sebelumnya.
Ini bagaikan harta karun yang terkubur. Siapa pun yang berusaha untuk mencari dan menggalinya, dia berjaya. Dan siapa pun yang hanya diam meratapinya, harta karun itu terkubur semakin dalam dan barangkali sulit untuk ditemukan lagi.
Nah, bagi para pelajar, pandemi ini menjadi masa-masa belajar yang (paling) membosankan. Orang-orang di sekitar saya mengeluhkannya: tumpukan tugas setinggi Everest, rentetan ulangan yang berimpit, jari tangan yang semakin menampakkan tulangnya, atau membuat video bercakap bahasa Inggris (padahal gak bisa basa enggress).
Apalagi ponsel di samping mereka selalu menggoda dengan rayuan yang remeh: bunyi notifikasi Facebook dan Instagram yang tiada hentinya, panggilan teman yang mengajak mabar, atau tukang konter yang menagih utang pulsa.
Saya juga mengalaminya. Bahkan, saya sengaja membagi waktu untuk fokus ke sekolah dan fokus ke hal-hal di luar sekolah. Ini benar-benar menyibukkan saya. Dan cukup ironis, saya sering menolak ajakan teman-teman untuk nongkrong; (mungkin) saya mulai dijauhi.
Saya tidak stres, apalagi saya memang sedikit datar. Tapi, ada alasan mendasar yang membuat saya menikmatinya.
Suasana belajar; itulah jawabannya.
Mengapa para pelajar tidak bisa menikmati pembelajaran secara daring? Karena mereka tidak pernah menduga bahwa suasana belajar seperti ini akan terjadi. Mereka terkejut hingga pada akhirnya, sulit menikmati.
Kita mendengar banyak alasan. Saking banyaknya, saya tak tahu harus mulai dari mana. Tapi saya yakin, Anda mengetahuinya.
Jadi tanpa urutan yang pasti, inilah (setidaknya) 3 cara (yang saya lakukan) untuk membangun suasana belajar yang efektif.