Bagaimana dengan seribu orang? Sepuluh orang? Bagaimana jika orang dikorbankan itu sudah tua dan sudah sakit? Atau seorang perampok? Bagaimana jika mereka dipilih secara acak?
Apakah semua itu etis? Apakah semua itu pantas?
Pada dasarnya, tidak jawaban yang benar untuk pertanyaan-pertanyaan itu. Trade-off antara kualitas hidup dan kehidupan itu sendiri tampak samar-samar.Â
Namun, kita semua memiliki intuisi yang kuat tentang apa yang terasa benar dan salah. Kita semua memiliki ambang batas di mana kita merasa nyaman melakukan pertukaran tertentu antara kesejahteraan dan kehidupan itu sendiri. Tetapi, kita jarang memikirkan ambang itu karena pertanyaan itu sangat tidak nyaman dan menjengkelkan untuk dipikirkan.
Dan jika Anda memikirkannya, teka-teki etis tadi merupakan inti dari pertanyaan kebijakan politik dan ekonomi yang paling diperdebatkan.
Ketika pemerintah memutuskan untuk membangun kembali perekonomian, apakah itu etis dengan mengorbankan ratusan atau bahkan ribuan nyawa untuk meningkatkan kesejahteraan hidup ratusan juta orang? Apakah kita bersedia menerapkan kebijakan yang akan merusak kehidupan beberapa orang untuk meningkatkan kehidupan banyak orang?
Apakah penting siapa yang sedikit? Apakah penting siapa yang banyak itu?
Dalam kasus pandemi ini, bagi banyak orang tampaknya ada pertukaran yang jelas antara stabilitas ekonomi dan nyawa, katakanlah, beberapa juta. Satu kubu rela mengorbankan hidup untuk kehidupan yang lebih besar. Yang lain ingin HAM ditegakkan.
Dan industri media memang telah disiapkan untuk memanfaatkan skandal seperti ini. Tidak aneh kita menemukan headline "Kontroversi antara A dan B".Â
Oleh karena itu, orang-orang di satu sisi sangat kebingungan ketika mereka dibombardir dengan studi, fakta, dan data tertentu yang tampaknya bertentangan. Di sisi lain, mereka dihadapkan pada studi, fakta, dan data yang tampaknya membenarkan paradigma mereka.
Masalah terbesarnya, mengembalikan situasi seperti semula tak semudah mengembalikan baju yang tidak pas ke toko. Kita tidak bisa masuk dan berkata, "Maaf, saya keliru dalam memilih dan saya ingin uang kembali."