"Aku mengerti."
"Ke mana daun-daun gugur itu pergi? Kita sudah membicarakannya. Namun, ada perbedaan dari cara meraih tempat pulang antara kita dengan daun-daun itu."
"Ayah juga harus menjelaskannya."
"Daun-daun itu mungkin hinggap di sebuah api unggun, perairan danau, atau di jalanan kota. Sayangnya, daun-daun itu tak punya kehendak ke mana mereka akan menuju. Terkadang, angin-angin yang berkehendak, atau seorang penyapu jalanan, atau kaki seorang anak kecil di taman."
"Kita tidak begitu, kurasa."
"Ya, kita punya pilihan terkait ke mana kita akan menuju. Kalau api unggun itu sebuah neraka, kita bisa menghindarinya! Kalau perairan danau itu sebuah surga, kita bisa memperjuangkannya!"
"Bergantung dari bagaimana kita menjalani hidup ini," balas Anna dengan puas. Rasanya luar biasa dapat mendengar semua ini.
"Kamu mempelajarinya!"
"Sang Sutradara sudah membocorkan isinya pada kita tentang bagaimana cara mendapatkan peran terhormat di pertunjukan sesungguhnya," ungkap Anna dengan haru.
Ayah mengangguk. "Dan mereka yang tak berhasil berisiko mendapatkan peran yang sangat hina nanti. Begitulah kitab suci menjadi sangat penting bagi umat manusia."
Ayah melanjutkan, "Itu artinya, Anna, manusia yang meninggal tidak kehilangan hidup mereka. Justru, mereka menuju kehidupan sesungguhnya; kehidupan yang abadi."