Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cintai Kebosanan, Peluklah Kebosanan!

23 November 2020   11:14 Diperbarui: 23 November 2020   21:55 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biarkan diri menjadi bosan. Sungguh. | pixabay.com

Ketika rasa bosan menghampiri, kita berpindah dari satu notifikasi ke notifikasi berikutnya dan membuka media sosial tanpa jeda. Kebanyakan dari kita tidak meluangkan waktu untuk berpikir, tetapi lebih asyik menekan tombol "Beli Sekarang" dengan satu klik.

Menurunnya rasa kebosanan dapat merusak kemampuan kita dalam berpikir. Dan jika kita tidak meluangkan waktu untuk berpikir, kita tidak dapat mempertanyakan apa yang kita percayai. Seiring waktu, otot berpikir kritis kita mulai berhenti tumbuh kalau tidak digunakan.

Korban lain dari dunia tanpa "beranda" media sosial adalah kreativitas. Ada pepatah yang saya suka mengatakan, "Keheningan di antara not-not itulah yang menghasilkan musik." Keheningan, yang dihasilkan oleh kebosanan, adalah yang mendorong inovasi dan mengkatalisasi pemikiran kreatif.

Bahkan saat tampaknya tidak bekerja, otak masih aktif. Saat Anda bosan, alam bawah sadar Anda masuk dan mulai membentuk koneksi baru.
Inilah sebabnya mengapa banyak orang kreatif dan pengusaha memuji kebosanan atas kesuksesan mereka. 

"Ide datang dari lamunan," penulis Neil Gaiman menjelaskan. "Mereka datang dari kebosanan, saat ketika Anda hanya duduk di sana." Ketika orang meminta nasihat Gaiman tentang bagaimana menjadi penulis, jawabnya dengan sederhana, "Bosan."

Bahkan Stephen King pun setuju. Dia percaya bahwa kebosanan bisa menjadi hal yang sangat baik untuk seseorang yang sedang ingin menjadi kreatif.

Selama perjalanan kereta yang membosankan, ide untuk Harry Potter "jatuh begitu saja" ke kepala JK Rowling. 

Hobbit juga lahir dari kebosanan. Saat Profesor Tolkien sedang menilai pekerjaan para muridnya, bosan dengan pikirannya, dia menulis di salah satu kertas ujian, tanpa alasan yang jelas, dia menuangkan kalimat, "Di dalam lubang di tanah, hiduplah seorang hobbit." Begitulah kalimat pembuka untuk The Hobbit disusun.

Banyak contoh lainnya. Phil Knight, salah satu pendiri Nike, memiliki kursi di ruang tamunya yang didekasikan untuk melamun. Albert Enstein percaya bahwa, "Karunia fantasi lebih berarti bagi saya daripada bakat saya untuk menyerap pengetahuan positif." 

Dalam kutipan lain yang tak terlupakan, George Bernard Shaw berkata, "Sedikit orang yang berpikir lebih dari dua atau tiga kali setahun. Saya telah membuat reputasi internasional untuk diri saya sendiri dengan berpikir sekali atau dua kali seminggu."

Mengikuti jejak para "dalang" itu, saya memutuskan untuk menghidupkan kembali percintaan saya yang telah lama hilang dengan kebosanan. Saya mulai dengan sengaja membangun waktu dalam hari saya yang akan saya sebut "Mode Pesawat", yaitu ketika saya duduk di kursi "malas" tanpa melakukan apa pun selain berpikir dan melamun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun