ASAL MULA ISTILAH MBAKRIN DI TAMBAKBERAS
 Bagi santri Tambakberas sudah tidak asing lagi dengan kata ,bakrin sebagai istilah pengganti bagi aktivitas meminta sumbangan atau meminta bantuan lainnya. Namun tidak hanya banyak yang tahu sejak kapan istilah itu muncul dan bermula dari mana.
 Syahdan, pada masa kepemimpinan Kiai Fatah sebagai pengasuh pondok Tambakberas, ada seorang yang profesinya minta-minta (pengemis), Namanya adalah Pak Bakrin. Penampilannya kumuh dan gimbal. Pak Bakrin selalu berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengambil jatah rezekinya. Salah satunya adalah mendatangi ndalem Kiai Fattah.
 Tiap hari kamis pagi, Pak Bakrin selalu mengunjungi Kiai Fattah untuk meminta jatahnya. Kiai Fattah pun meladeninya sebagaimana layaknya tamu terhormat, bukan seperti umumnya orang bersikap kepada pengemis. Dia (Pak Bakrin) dipersilahkan masuk rumah dan dikasih jamuan minum, serta tak lupa juga dikasih uang saku secukupnya.
 Aktifitas tersebut berjalan rutin sampai bertahun-tahun. Saking rutinnya, bahkan apabila Kiai Fattah hendak berangkat mengajar ke sekolah, dan Pak Bakrin belum juga nongol untuk "mengambil jatahnya", maka Kiai Fattah selalu berpesan kepada istrinya (Nyai Musyarofah), "Ojo lali engko nek Pak Bakrin teko, diramut karo diwei jatahe..." (Jangan lupa nanti kalua Pak Bakrin dating, supaya diberi makan dan di kasih uang).
 Bukan hanya itu, saat Pak Bakrin tidak menghabiskan jamuan minumannya dan beranjak pergi dari situ, dengan diam-diam Kiai Fattah lalu mengambil minuman sisa tersebut dan meminumnya sampai habis. Kiai Fattah selalu melakukan hal tersebut kepada setiap tamunya. Tidak pandang bulu apa profesi dan kedudukan tamu tersebut.
 Bila para santri sekarang umumnya tabarrukan dengan cara menghabiskan sisa makanan atau minuman para Kiai, maka Kiai Fattah melakukan lebih dari itu. Siapapun tamu yang datang, layak dan pantas untuk dihormati dan dialap berkahnya, bahkan jika tamu itu adalah pengemis sekalipun.
 Aktivitas rutin Pak Bakrin tersebut, akhirnya menjadi kesohor di kalangan para santri Tambakberas. Hingga kemudian saat ada santri minta sumbangan atau banatuan, maka akan diwadani (dijuluki), "Ojo mbakrin ae... ngaji... ngaji..."(Jangan sibuk meminta bantuan saja, mari ngaji). Atau sebaliknya, bila ada acara besar untuk pondok yang perlu bantuan alumni, tapi para santri belum bergerak, maka diantara mereka pasti ada yang nyeletuk, "Ayo ndang mbakrin" (Ayosegera mencari sumbangan).