Mohon tunggu...
Muhammad Akbar
Muhammad Akbar Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Muhammad Akbar, seorang guru bahasa Inggris di SMA Gowa Raya Sungguminasa Kab. Gowa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aksi Nyat, Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

20 September 2021   16:42 Diperbarui: 20 September 2021   17:00 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama CGP                 : A2.2. Muhammad Akbar

Modul                         : 3.1.a.10. Aksi Nyata – Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran 

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

A. Latar Belakang Aksi Nyata 

Pada tahapan akhir dari siklus pembelajaran MERDEKA pada Pendidikan Guru Penggerak khususnya pada Materi dalam modul 3.1.a.10 CGP diberikan kesempatan untuk menjalankan rancangan dalam bentuk aksi nyata terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Selama menjalankan Aksi Nyata ini penulis mendokumentasikan proses yang terjadi dalam bentuk foto. Selain itu aksi nyata ini juga ditulis dalam bentuk sebuah artikel yang ditulis dengan gaya masing-masing CGP yang mengandung keempat komponen dalam kerangka 4P (4F) yaitu peristiwa (facts), perasaan(feelings), pembelajaran (findings) dan penerapan kedepan (future).

Peristiwa (Facts)

Ilustrasi Kasus

Sejak masa pandemi Covid-19 dimana pembelajaran tatap muka dialihkan ke pembelajaran jarak jauh (PJJ) mengharuskan sekolah untuk mengoptimalkan segenap potensi setiap warga dan komunitas sekolah dalam memfasilitasi pembelajaran kepada peserta didik di sekolah. Tak terkecuali di SMA Gowa Raya dimana sejak masa pandemi ini begitu banyak kendala yang dihadapi dalam menjalankan pembelajaran jarak jauh dimana dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai khususnya ketersediaan perangkat pembelajaran daring baik bagi pendidik maupun bagi seluruh peserta didik. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan sarana dan prasarana seperti laptop atau HP yang dimiliki oleh peserta didik, kesulitan akses internet dan keterbatasan kuota internet yang bisa disediakan oleh orangtua. Pendidik juga mengalami hambatan dalam PJJ dan cenderung fokus kepada penuntasan kurikulum. Selain itu guru mengalami kesulitan komunikasi dengan orangtua sebagai pembimbing murid di rumah. Belum semua orangtua bersedia dan mampu mendampingi anak belajar di rumah karena ada tanggung jawab yang lain seperti urusan kerja, urusan rumah, dan sebagainya.

Orangtua mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak saat mendampingi belajar di rumah. Akibatnya peserta didik mengalami kesulitan untuk konsentrasi dalam belajar dari rumah dan mengeluhkan banyaknya penugasan dari guru. Kegiatan belajar dari rumah (BDR) menuntut adanya kerjasama antara guru, orangtua dan peserta didik.

Belajar dari rumah pada hakikatnya tidak hanya untuk memenuhi tuntutan kompetensi (KI-KD) pada kurikulum, tetapi lebih ditekankan pada pengembangan karakter, akhlak mulia dan kemandirian peserta didik. Guru harus bisa lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran dan memberi tugas kepada peserta didik, agar terwujud kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna, menginspirasi, dan lebih menyenangkan agar peserta didik tidak mengalami kejenuhan belajar dari rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun