Mohon tunggu...
Muhammad AdiBagus
Muhammad AdiBagus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sultan Adji Muhammad Idris Samarinda

Seseorang yang tertarik akan isu-isu pendidikan, politik, dan juga agama. Juga, terkadang gemar menulis puisi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pancasila dalam Ketupat

2 Desember 2022   22:52 Diperbarui: 2 Desember 2022   23:02 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah"

(Ir. Soekarno)

Sebagai warga negara indonesia yang cinta tanah air tentunya menjadikan pancasila sebagai dasar negara  atau falsafah kehidupan kehidupan dalam berbagai aspek, baik dalam aspek ruang lingkup kecil, yakni keluarga hingga ruang lingkup yang lebih besar, yaitu bangsa dan negara merupakan suatu kewajiban. Kelima sila tersebut  termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alenia keempat

Sejatinya, Pancasila merupakan buah dari hasil pemikiran dan perenungan para tokoh pejuang terdahulu dengan pertimbangan matang yang bersumber dari kebenaran agama dan nilai-nilai kebaikan kearifan lokal setempat. Untuk itulah, sebagai dasar negara, Pancasila tidak dapat diubah nilainya atau bersifat final, sebab jika salah satu dari kelima sila tersebut sirna, maka keempat sila lainnya tidak ada artinya atau cacat.

Indonesia sebagai negara dengan beragam jumlah budayanya merupakan salah satu bukti betapa bewarna dan plural kehidupannya. Budaya- budaya tersebut selanjutnya melahirkan beberapa produk yang tercipta dari para leluhur dengan berbagai bentuk, seperti tradisi, simbol, dan lain sebagainya. Hingga kini, warisan tersebut masih lestari ditengah masyarakat bumi Ibu Pertiwi.

Jikalau direnungi bersama, produk budaya tersebut mengandung nilai-nilai Pancasila. Hal ini dirasa masuk akal dan berkolerasi karena salah satu sumber terciptanya Pancasila ialah Kearifan lokal. Ketupat merupakan salah satu bentuk produk budaya

Ketupat adalah makanan tradisional khas masyarakat suku Jawa yang berbahan dasar beras yang dibungkus dengan daun kelapa muda atau daun Jannur. Dicetuskan oleh sunan Kalijaga, salah satu dari kesembilan Wali Songo. Ketupat identik sekali dengan lebaran atau perayaan hari raya Idul Fitri, sebab pada saat itulah kerap kali ketupat disajikan sebagai hidangan dalam menyambut tamu yang berkunjung.

Ketupat tidak hanya dimaknai sebagai makanan tradisional saja. Banyak sekali filosfis yang terkandung didalamnya terkait nilai-nilai kebaikan. Komarudin (dalam Subagia, 2019) menyebutkan bahwa makna Ketupat ialah "Laku Papat" yang artinya empat tindakan. Adapun keempat tindakan tersebut jika direnungi lagi, akan berkolerasi dengan nilai-nilai Pancasila

            Keempat tindakan tersebut ialah:

  1.  Lebaran

Berasal dari kata "lebar" yang berarti usai atau selesai. Maksudnya, perayaan lebaran mengindikasikan telah usai masa menjalankan ibadah puasa Ramadhan satu bulan penuh lamanya.

Tindakan ini merupakan salah satu bentuk dari pengamalan sila pertam. Bukti dari meyakini adanya Tuhan adalah dengan menjalankan berbagai kewajiban yang telah ditetapkan-Nya. Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan salah satu ibadah yang wajib dikerjakan oleh seluruh umat Muslim. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun