Mohon tunggu...
Muhammad WildanTaufiq
Muhammad WildanTaufiq Mohon Tunggu... Buruh - Perencana

Semoga baik untuk kita semua.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam yang Sunyi

22 November 2020   12:58 Diperbarui: 22 November 2020   13:06 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sembari berjalan di kegelapan bersinar cahaya bulan,ia menikmati setiap pemandangannya. Dari mulai langit bertabur bintang sampai kunang-kunang malam yang seakan menuntunnya pulang. Ia sudah terbiasa seperti itu,tak ada ketakutan yang terbersit dalam fikirannya. Bahkan,yang terpancar dari wajahnya hanyalah kesenangan. 

Meski hasil pancing tak cukup memuaskan dan pulang kemalaman,ia tetap berucap syukur pada Tuhan. Dalam setiap hempas nafas nya ia menyimpan kata-kata syukurnya. Ia tak begitu memperdulikan hal-hal di luarnya untuk memanjatkan setiap syukurnya,baginya,masih banyak hal di dalam dirinya yang belum semuanya ia syukuri.

Layaknya berkedip,melihat pun mendengar suara-suara hewan malam merupakan hal-hal yang terkadang tidak ia sadari sebagai pemberian Tuhan. 

Oleh sebabnya,ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu,karena di pelbagai kesempatan yang sama kesedarannya selalu berkelana. "Cipta" suara kecil pekik yang cukup familiar masuk kedelam pendengaran nya,suara yang penuh kasih sayang yang menggambarkan kelembutan si pemiliknya,namun ada sedikit rasa kekhawatiran di dalamnya. 

Yaa,itu suara ibunya, Rakshmi. Dari kejauhan ia telah memanggil nya, membuyarkan setiap fikiran di dalam kepalanya. Sekaligus membuatnya tersadar telah hampir sampai ke rumahnya. Dengan sedikit berlari,ia lalu menghampiri wanita yang sedang menggendong seorang anak kecil itu. 

Setelah sampai tepat di depannya ia lalu menyodorkan tangan,hendak bersalaman dan lalu mencium punggung tangan nya. Lalu ia bergegas menyimpan alat pancing dan hendak masuk ke dalam rumah. "Cepat masuklah,bapak sudah menunggu" . "Baik,Bu."

"Jangan lupa mandi"

Dengan wajah tersenyum,lalu ia masuk ke dalam rumah berhendak menemui bapak nya yang sudah menunggu. "Plaak" tamparan keras yang mendarat tepat di pipinya. Nyamuk yang menggigitnya membuat ia reflek melayangkan tangannya ke mukanya. Rakshmi yang sedang berbicara dengan Cipta di dua hari yang lalu itu, membuatnya kembali ke dua hari setelah nya.   

Hingga membuat Lasni,sianak bungsunya yang sedang tertidurpun merasa terganggu oleh suara itu.Namun tak sampai membuat nya terbangun. 

#

Hampir satu jam setelah kepergian nya,Raksha yang kini tangah berada di pelataran sawah. Yang hendak mencari anaknya,mulai merasakan dingin malam menyelimuti sekujur tubuhnya. Kebetulan di depannya terlihat saung kecil yang lumayan tertutup,ia berniat untuk istirahat di situ. Sekedar menghangatkan tubuhnya yang sudah mulai menggigil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun