Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Setan Lagi yang Disalahkan? Dekonstruksi Setan dan Cerita Lama

25 September 2021   15:50 Diperbarui: 30 Mei 2023   10:54 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada apa dengan setan? Kenapa Setan Lagi yang Disalahkan? Apakah Setan lebih kriminal dari manusia? Mari Kita Pikirkan Ulang! 

Dekonstruksi Setan dalam Naskah Drama "Setan dalam Bahaya" Taufiq Al- Haqim dan "Dhemit" Heru Kesawamurti

Sastra masih menjadi pilihan masyarakat dari dahulu hingga kini guna memberikan hiburan dan pelajaran. Karya-karya sastra tertentu terkadang mendominasi usia, baik pada usia remaja ataupun dewasa. 

Namun cerita rakyat tentang keberadaan hantu, dedemit, setan, atau mahluk jagat halus sering kita dengar di berbagai daerah di nusantara. Mereka digambarkan dengan ciri khas yang tidak lazim, baik secara fisik maupun sifatnya. 

Kebanyakan masyarakat kita mengonsumsi cerita setan atau hantu ini tanpa memikirkan benar tidaknya. Juga tidak ada upaya untuk mengambil intisari ataupun sekedar melihat amanat atau pesan cerita. 

Bagi masyarakat lama, karya sastra tidak berbeda dengan hukum, adat-istiadat, tradisi, bahkan juga sebagai doktrin. Memahami karya sastra pada gilirannya merupakan pemahaman terhadap nasihat dan peraturan, larangan dan anjuran, kebenaran yang harus ditiru, jenis-jenis kejahatan yang harus ditolak, dan sebagainya (Ratna, 2010: 438).

Cerita tentang hantu, setan atau mahluk tak kasat mata ini kerap menurunkan mentalitas seseorang yang kadung mengonsumsinya. Karena kebanyakan cerita tentang hantu, setan atau mahluk halus selalu digambarkan dengan sesosok mahluk yang kejam, seram, dan menakutkan.

Keberadaan setan, hatu atau mahluk halus ini juga digambarkan sebagai sesosok mahluk yang selalu berhasrat untuk menjerumuskan manusia ke dalam jurang ke hancuran. Mahluk tersebut selalu memiliki simbol yang buruk dan tidak baik.

Banyak kisah yang menghubungkan kegiatan setan dengan hilangnya seseorang anak remaja. Atau tentang seorang gadis yang terpaksa menjadi tumbal pesugihan. Cerita semacam itu telah menjadi struktur yang sudah sangat sering didengar. 

Media seperti televisi setidaknya telah memberikan pengaruhnya melalui suguhan bertemakan setan, hatu atau film horror. Seolah-olah telah menegaskan bahwa pengetahuan tetang setan hanyalah sekedar dugaan dan hiburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun