Mohon tunggu...
Admin
Admin Mohon Tunggu... Jurnalis - Read To Write

Menulislah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Upgrade Level Kecerdasan Bangsa, Elite Muda Harus Beranjak dari Musa ke Yusuf

1 Maret 2023   21:08 Diperbarui: 2 Maret 2023   13:50 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Neurosains kita betul-betul meyakini bahwa evolusi biologi itu benar terjadi pada Sapiens. Namun begitu, kita juga perlu ingat bahwa genre  penjelasan semacam itu juga berevolusi: dari Big-Bang ke human intelligence.

Kemunculan orang-orang seperti Descrates, Kant, Leonardo Davinci, Keppler, Galileo, hingga berahkir ke Einstein, pertanyaan yang digawangi oleh filsuf Yunani yang mempersoalkan elemen dasar  semesta raya yang paling misteri dianggap sudah terjawab. Ini berkat Einstein. Prediksi perihal cahaya yang dibelokkan oleh gravitasi benar-benar terbukti.

Kecerdasan Einstein itu kemudian menjadi decak kagum baru; bagaimana mungkin, otak manusia (ilmuwan) mampu memahami sesuatu yang begitu kompleks dan bahkan tanpa perlu mengalami?

Untuk yang pertama, dasar asumsinya jelas: misteri semesta-raya sudah terjawab. Sementara pertanyaan yang lain-lain semisal bintang katai putih, kemunculan mahkluk hidup di bumi hingga sistem kecerdasan manusia, dianggap bakal terjawab dengan asumsi bahwa alam semesta ini memiliki elemen dasar yang sama.

Untuk yang kedua, tentunya bukan lagi soal biologi seperti yang tampak digawangi oleh neurosains saat ini. Melainkan, upaya dalam pembentukan semangat baru (metafisika) dalam memahami keberadaan. Kecenderungannya bisa kita amati berupa pembentukan nilai-nilai etis dan semangat kolektif dalam kerja sama. Dulu yang di push adalah semangat kompetitif.

Indonesia modern juga mengalami revolusi pemahaman semacam big-bang ke human intelligence. Yakni, sewaktu munculnya kesadaran kalau kita ini sebangsa. Cara pandang orang-orang kita terhadap masalah berevolusi, yang awalnya setiap masalah dianggap sebagai persoalan individu, berubah menjadi cara pandang kolektif. Cara pandang kolektif inilah yang kemudian mendorong muda-mudi terdahulu ngegas untuk mendirikan negara nasional.

Kita pun pernah mengalami revolusi kesadaran. Dan revolusi kala itu sama dahsyatnya seperti perkembangan neurosains saat ini. Sederhananya, dulu kita pernah cerdas tapi karena tidak diasah saja.

Dan sekarang, kalau ingin kecerdasan bangsa kita naik level, mari perlahan beranjak dari Musa geser ke Yusuf. Mulai memperbarui Mitos soal pembebasan seperi pada kisah Musa yang tergerak karena ingin memenuhi janji historis. Harus seperti Yusuf, menjadi elit muda baru yang tergerak karena mampu melihat resiko di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun