Mohon tunggu...
Muhamad Saudi
Muhamad Saudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kopi hitam

Penikmat kopi hitam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemenangan Berkawan Pandemi

24 Mei 2020   04:00 Diperbarui: 24 Mei 2020   03:59 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini adalah hari kemenangan umat Islam sedunia. Dikatakan menang karena sebulan kemarin seluruh umat islam di dunia telah menunaikan satu kewajiban berpuasa sebulan penuh yang telah allah perintahkan. yakni menahan lapar dahaga, mengendalikan hawa nafsu, dan berbagi, serta ikut merasakan bagaimana orang miskin ketika menahan lapar berhari-hari karena keterbatasan ekonomi. Sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan isi perutnya.


Menahan lapar dan dahaga bukan sebatas tidak makan dan minum disiang hari, tetapi bagaimana cara mempertahankan agar niat berpuasa tidak berantakan disaat menjelang tengah hari.  Tak bisa dipungkiri bagi pekerja berat niat menyelesaikan puasa bisa saja jebol karena kelelahan, banyak yang masih kokoh pendirianya untuk melanjutkan puasa  sampai magrib, tetapi terkadang lingkungan memaksa untuk meyudahi. Hingga akhirnya makan bersama cuma karena tidak enak dengan teman. Atau dengan mudah dalam hati mengatakan besok sajalah puasanya. Biarin cuma hari doang bocor puasanya.


Mengendalikan hawa nafsu bukan melulu menahan syahwat, tapi menjaga pandangan mata dari aneka makanan dan minuman yang berjejer di sepanjang pinggir jalan toko toko dan pasar. yang membangkitkan selera menjelang berbuka puasa, karena kebanyakan rasa lapar dan dahaga selau mendorong untuk kita membeli segalanya untuk disantap saat berbuka. Apalagi tengah hari pandangan orang yang kelaparan dan kehausan melihat kolam ikan saja sudah seperti kolak, melihat tiang listrik yang menghitam di pinggir jalan tol terlihat seperti kue astor. hehe.. Padahal setelah adzan magrib berkumandang baru minum seseruput teh manis hangat saja sudah terobati semuanya. Hilang haus dan laparnya.


Puasa juga mengajarkan kita berbagi dengan tetangga dan sesama, karenanya bukan lagi pemandangan yang baru kenapa begitu banyak orang berbagi takjil di jalan jalan di masjid dan di berbagai tempat, faktor utama yang mendasari ummat ingin berbagi tentunya karena pahala dan merasa sama sama lapar. Dan sebuah kebahagiaan ketika bisa berbagi apalagi dengan orang orang yang kurang begitu beruntung hidupnya.

Hari lebaran adalah hari kemerdekaan bagi kanak kanak yang baru saja berlatih puasa seperti halnya muslim dewasa.
Betapa tidak, karena tuntunan ajaran agama agar anak berlatih puasa sejak dini, ditambah lingkungan yang rata rata teman sepermainanya juga berpuasa. Perut sekecil itu setengah mati ikut-ikutan menahan lapar. ada yang kuat serengah hari lalu nyambung lagi dampai sore, ada Yang kuat sambil sempoyongan dan tergeletak seharian di tempat tidur sambil tidak berhenti bilang. Bah.. buka ya.. teteh udah gak kuat. Hehe..
Bagi mereka hari ini adalah hari kebebasan sebebas-bebasnya. Anak-anak lupa dengan lapar kemarin terbayarkan dengan pakaian baru, jajan lebih banyak dari hari-hari biasa, persenan dari mana-mana.

Iedul fitri identik dengan warna dinding baru, kue, daging, makanan dan antaran. Karenanya seminggu sebelum lebaran ibu-ibu sudah sibuk mencuci toples membuat makanan dari mulai rangginang, ranggining, wajik, tape ketan, uli, nastar, aneka kerupuk, keripik, kue basah jojongkong, jojorong, pais, pasung, dan apem. kue kering dan satu jenis kue yang tidak pernah absen yaitu kue zaman purba kue gipang namanya. Dibuat paling awal. Habisnya paling akhir bahkan masih belum habis sampai ke hari raya iedul adha.


Tapi.. tahun ini toples-toples yang biasanya selalu berjejer di pagar-pagar rumah sepi dari pandangan senyap dari penglihatan. Alasanya satu. Efek corona.
Bisa jadi dan memang ini yang sedang terjadi. Kini bapak-bapak hanya bisa alakadar memberi uang untuk menyongsong hari raya, sedangkan ibu-ibu harus secerdas mungkin mengatur uang sedikit bagaimana caranya agar terbeli pakaian anak, bahan kue, masak buat dimakan, buat tamu dan buat antaran ke kerabat. Dan satu yang wajib ada yaitu daging kerbau atau daging sapi meski hanya mampu beli 1 kg.
Ibu ibu cuma gegurunum(sewot sendiri). Gak cukup pak.. daging 100 ribu perkilo..
Udah.. kita potong ayam aja. Sama anaknya sekalian. Hihi..
Hari raya iedul fitry adalah hari puncaknya pusing para bapak. Tak perlulah penulis memaparkan level kepusinganya apalagi ditengah pandemi seperti ini.
Tapi apapun kenyataanya. Hari ini harus kita lewati dengan terus berbagi saling memaafkan dan sambung kembali tali sillaturrahmi.

Minal aidin walfaidzin
Mohon maaf lahir bathin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun