Mohon tunggu...
Muhamad Saudi
Muhamad Saudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kopi hitam

Penikmat kopi hitam

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar Tungging, Pendongkrak Ekonomi Desa

29 Mei 2019   01:50 Diperbarui: 29 Mei 2019   02:06 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Lagi lagi.. kalimantan selatan selalu menyisakan cerita yang takan hilang dari ingatan.
Sore itu tepatnya pukul 15:00 wita, didepan rumah, saya disajikan dengan pemandangan belasan orang dari kalangan bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda juga anak-anak yang sedang sibuk dengan barang-barangnya. Barang-barang itu ada yang diturunkan dari mobil, motor sepeda ada juga dari pikulan di bahu.

Masih mengintip di jendela makin lama makin banyak orang berdatangan sebagian lagi sudah ada yang mengampar tikar, terpal, juga karung ada juga meja yang dipayungi.

Saya lihat lagi mereka mulai menyusun berbagai aneka barang, ada pakaian, barang-barang sembako, segala perabotan rumah tangga, sandal, sepatu, ada juga sayuran, dari daun bawang sampai daun pisang, mulai singkong sampai rebus singkong, abang becak sama abang cilok juga ikut berderet sepertinya sudah hapal dengan maqomnya.
Ada juga wahana hiburan dan mainan anak-anak. Dari odong-odong sampai mainan untuk todong-todongan.

Saya tanya ke isteri. "Ada apa diluar ma? Rame amat?"
"Pasar tungging".
"Pasar tungging???" Maklum saya baru seminggu tinggal di kalimantan jadi belum banyak perbendaharaan kata yang saya fahami.
"Iya pasar tungging.. emang gak ada di banten?"
Saya masih bingung dengan kata pasar tungging, kalo pasar nya saya ngerti, tapi tunggingnya ini apa?
"Pasar tungging itu pasar malam, keliling dari kampung ke kampung, pedagangnya dari berbagai kampung, juga dari pedagang-pedagang di pasar. kenapa disebut pasar tungging.. karna yang belinya pada (maaf) nungging. Hehe.."

"Ooh.." saya senyum-sendiri. Kenapa dinamai pasar tungging? Gak ada  salahnya gitu disebut pasar malam, kan kegiatanya sampai malam". Biar lebih gimana gitu.

Disela percakapan kami, datanglah 4 orang ke pintu rumah kami. masing2 memberikan uang sebesar Rp. 5000.-,
Katanya buat bayar listrik malam ini. Ya.. para pedagang yang berjejer di halaman rumah kami memakai penerangan dari listrik di rumah kami.

Makin dibuatnya penasaran saya dengan yang namanya pasar tungging, saya keluar sebentar membeli kopi dan goreng singkong, plus saudara singkong yakni keripik, saya jadikan ini panganan pengantar obrolan dengan isteri agar mau menceritakan sampai tuntas apa itu pasar tungging.

Ooh... Ternyata pasar tungging ini inisiatif dari warga kampung yang diajukan ke desa, maksud dan tujuanya selain bisa mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari tanpa perlu ke pasar daerah yang biasanya ada di kabupaten, juga agar ada kemudahan warga dalam menjajakan barang daganganya. dari barang-barang yang ada di pasar sampai hasil panen dari pertanianya.
Pelaksanaanya bergilir dari kampung ke kampung se Desa. Artinya jika dalam 1 desa ada 7 kampung, masing-masing dapat jadwal hari perminggunya, satu minggu terisi penuh. jam pasarnya mulai pukul 15:00-22:00 wita.

Lagi lagi... Pikiran liar saya mulai kelayapan dari kalsel sampai ke banten.
Ini prosfeknya sangat bagus kedepanya jika saja pasar tungging ini dijadikan program unggulan desa.
Selain menguntungkan bagi para pedagang dan kemudahan warga dalam memenuhi kebutuhanya ada peluang besar disitu yang bisa kita serap. Apa saja peluang itu?

1. Retribusi Rp.2000 dari setiap pedagang yang nantinya uang itu akan masuk ke kas desa,
2. Bayar parkir kendaraan roda dua Rp. 2000 dan Rp. 3000 untuk parkir roda 4. Kalau ini masuk ke kas kampung tersebut.
Hitung saja sendiri dalam satu minggu kas kampung makin bertambah dan bertambah. Jadi kalau cuma untuk ukuran memperbaiki kerusakan sarana ibadah kampung dan lain-lainya, sepertinya tak perlu lagi membuat proposal dan memungut sumbangan Di tengah jalan raya.
3. Ini yang luput dari perhatian kita. Efek dari ramainya kegiatan jual beli dihalaman rumah memicu semangat seseorang untuk juga ikut berniaga. Yang tadinya tidak biasa dagang hanya menerima "setoran" listrik,  minggu depanya mulai berfikir kayaknya kalo jualan es cendol bagus juga nih. Yang tadinya malas untuk bercocok tanam, karna melihat singkong di depan rumah laku keras hingga kekurangan. Bisa jadi besok pagi sibuk ke kebun buat nanam singkong.

Hal biasa lagi-lagi bakal jadi luar biasa jika "pasar tungging" ini di budayakan di tiap kampung di setiap daerah di indonesia. Apalagi jika didukung oleh pemerintah melalui dinas pariwisatanya atau dinas yang berkaitan  dengan cara membuat iklan, mengundang pedagang pasar untuk turun ke kampung-kampung atau apa lah demi terlaksananya kegiatan bagus ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun